Kenaikan Bertahap
Direktur Utama Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Dwiyana Slamet Riyadi menambahkan berdasarkan hasil uji coba awal pekan ini, didapati waktu tempuh antara Stasiun Halim—Stasiun Tegalluar hanya sekitar 50 menit dengan kecepatan 180 km/jam.
“Nantinya, kecepatan akan terus ditambah hingga mencapai puncak kecepatan operasionalnya di 350 km/jam, bahkan hingga mencapai puncak kecepatan teknisnya di 385 km/jam,” kata Dwiyana.
Sebelum kecepatan ditingkatkan, pengoperasian CIT akan terus ditingkatkan setiap harinya. Perjalanan dengan kereta inspeksi difokuskan pada pengetesan integrasi sistem sarana dan prasarana. Seluruh aspek akan dicek apakah fungsinya normal dan dapat dilalui KCJB dengan kecepatan tinggi.
"Pelaksanaan uji coba KCJB akan terus dilakukan oleh KCIC bersama para kontraktor dan konsultan independen. Kecepatan akan terus ditingkatkan secara bertahap untuk memastikan seluruh sarana dan prasarana yang dibangun dalam kondisi siap dioperasikan," terang Dwiyana.
Ditargetkan mulai beroperasi pada 18 Agustus 2023, KCJB nantinya akan didukung oleh integrasi dengan LRT Jabodebek sehingga memiliki aksesibilitas yang baik.
Belakangan ini, proyek KCJB kembali mendapat sorotan publik usai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah gagal membujuk China untuk menurunkan suku bunga pinjamannya dari 3,4% menjadi 2%. Nilai proyek tersebut juga disepakati membengkak menjadi US$1,2 miliar.
Luhut mengatakan, angka ini sudah sesuai dengan hasil audit yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia.
"US$1,2 miliar cost overrun, kedua negara sudah menyepakati. Kami sedang finalkan negosiasi dengan lender soal struktur pinjaman, tenor, dan bunga. Kami berupaya kalau bisa di bawah 4% bunganya," ujar Luhut, medio April.
Selain itu, menurut Luhut, Pemerintah Indonesia tengah mengupayakan negosiasi besaran bunga pinjaman hingga 2%, dari posisi saat ini yang mencapai 4%. Dia menegaskan Indonesia memiliki kemampuan bayar terhadap pinjaman KCJB tersebut.
(wdh)