Dari Amerika, data PMI Manufacturing Index memperlihatkan situasi negeri itu tengah bergulat dengan ancaman resesi karena indeks manufaktur AS pada Mei turun ke level 48,5, jauh di bawah estimasi pasar di 50,2. Itu adalah level terendah sejak Februari. Bahkan dibanding Mei 2022, levelnya juga jauh di bawah karena saat itu indeks masih di level 57. Di sisi lain, indeks PMI jasa Amerika mencatat ekspansi ke level 55,10 dari posisi sebelumnya 53,60.
"Itu kabar buruk bagi pasar karena membuat puncak bunga bank sentral di ekonomi utama seperti bank sentral Eropa (ECB) dan bank sentral Inggris (BoE) bisa semakin tinggi," komentar Lionel Prayadi, Macro Strategist Samuel Sekuritas pada Bloomberg Technoz.
Adapun bank sentral AS, Federal Reserve, kemungkinan belum akan mengerek puncak bunga karena pernyataan tegas Jerome Powell pekan lalu yang berkomitmen akan menjeda kenaikan pada Juni. Walau itu membuat peluang kenaikan bunga Fed pada Juli menjadi terbuka.
Sulit menguat
Nilai tukar rupiah diperkirakan akan sulit untuk melesat kembali ke zona di atas Rp14.900-an dalam waktu dekat, menurut analis. Pergerakan nilai tukar rupiah, kata Lionel, akan terbatas di kisaran Rp14.900-an. Kondisi pasar global yang sedang kurang kondusif akan sulit mendongkrak otot rupiah sehingga ketika ada penguatan pun itu sifatnya terbatas.
Bila mengacu pada posisi penutupan akhir tahun, nilai tukar rupiah sejauh ini masih mencatat kenaikan point-to-point sebesar 4,22% year-to-date. Rupiah juga masih tercatat sebagai salah satu mata uang emerging Asia yang mencetak performa mengesankan di tengah turbulensi pasar global.
Animo pemodal asing juga masih tinggi di mana itu bisa memperkuat otot rupiah juga ketika aliran dana asing terus mengalir. Berdasarkan laporan Bank Indonesia, sepanjang 2023 hingga data setelmen 17 Mei lalu, investor asing mencatat nilai beli bersih total Rp74,58 triliun sepanjang 2023. Angka itu setara 39,25% dari total pembelian bersih investor asing selama tahun lalu.
Investor asing mencatat pembelian bersih di pasar Surat Berharga Negara (SBN) selama tiga hari berturut mulai 16-19 Mei lalu di mana saat ini posisi terakhir kepemilikan asing di SBN mencapai Rp827,72 triliun.
(rui)