Dalam sambutan singkatnya pada Selasa (23/05/2023) Xie berharap bisa 'terlibat secara luas' dengan Amerika dan mempelajari soal negara tersebut, termasuk 'menangani masalah sensitif dan penting dengan benar, seperti soal Taiwan.'
Ketegangan AS dan China terus meningkat setelah Washington dengan Washington mengekang ambisi teknologi China, termasuk melarang penjualan peralatan semikonduktor. Beijing menunjukkan kemampuan yang terbatas untuk membalas dengan menargetkan impor Micron Technology Inc., sebuah perusahaan memori cip yang relatif mudah diganti oleh China.
Presiden Joe Biden menyuarakan optimisme pada Minggu (21/05/2023) saat penutupan KTT G-7 bahwa hubungan AS dan China akan mencair dalam waktu dekat. Pesan tersebut bercampur dengan resolusi G-7 untuk melawan apa yang mereka sebut sebagai 'paksaan ekonomi' China. Sementara para pejabat di Beijing mengatakan mereka mempertanyakan 'ketulusan' Biden.
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan bertemu dengan diplomat top China, Wang Yi, di Wina awal bulan ini. Sementara Menteri Perdagangan China, Wang Wentao, dijadwalkan bertemu pekan ini dengan Menteri Perdagangan AS, Gina Raimondo, di Washington dan Perwakilan Dagang AS, Katherine Tai, di Detroit.
Dukungan Kuat
Jalur karier Xie memperlihatkan ia mendapatkan kepercayaan dari Presiden Xi Jinping.
Xie, 59, bertugas di Hong Kong pada 2019 saat kota itu dilanda protes bersejarah dan beberapa kali menggunakan kekerasan. Di sebuah forum tahun itu, ia berkata "motif sebenarnya dari oposisi di Hong Kong dan kekuatan asing yang mendukung di belakangnya adalah mengacaukan kota, menggulingkan pemerintah yang sah."
Harian Sing Tao pada 2021, sebelum dia dipromosikan menjadi wakil menlu China, melaporkan bahwa sikap keras Xie di Hong Kong membuatnya mendapatkan dukungan dari para pemimpin senior di Beijing sehingga karirnya melesa.
"Xie adalah seorang veteran di Kementerian Luar Negeri yang dipromosikan mungkin karena kemampuannya untuk menyesuaikan tugasnya agar sesuai dengan perubahan tuntutan dari kepemimpinan China," ungkap Neil Thomas, seorang peneliti di Pusat Analisis China Institut Kebijakan Masyarakat Asia. "Ketika Xi ingin dia pragmatis, Xie akan pragmatis. Ketika Xi ingin ia agresif, Xie akan menjadi agresif," katanya.
Situs kemenlu China melaporkan bahwa ketika menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, Xie telah bertemu dengan beberapa perwakilan dari perusahaan dan grup AS, termasuk kepala kebijakan dan penasihat umum Ford Moto Co. Steven Croley dan CEO Blackstone Steve Schwarzman, serta dari Komite Nasional Hubungan AS-Tiongkok dan Sekolah Julliard,.
Xie juga merupakan wakil direktur pusat penelitian yang didedikasikan untuk pemikiran Xi soal langkah diplomasi harus diambil. Pada 14 Oktober, ia memberikan 'ceramah' kepada 1,4 miliar warga China di televisi yang isinya berfokus pada 'diplomasi Xi'. Dia mengatakan bahwa tujuan utamanya adalah berbakti pada rakyat.
Wall Street Journal melaporkan bahwa Xie juga terlibat dalam negoisasi kesepakatan pembebasan dua warga negara Kanada dan kembalinya esksekutif Huawei Technologies Co. Meng Wanzhou ke Beijing.
--Dengan asistensi dari Jacob Gu.
(bbn)