"Kita lihat dahulu, harga pakan ternak yang naik kan belum tentu memberikan efek kenaikan [harga] juga kepada bahan pokok," katanya ketika ditemui oleh awak media pada Selasa (23/5/2023).
Menurut Jerry, Kemendag hingga saat ini masih menelusuri penyebab dari kenaikan harga daging ayam. Sejauh ini dia menilai kenaikan tersebut masih dalam tahap wajar atau masih relatif stabil.
"Karena sepanjang yang kami telaah yang kami lihat itu fluktuasinya masih dalam tahap yang wajar. Saya tidak bilang itu tidak naik. Namun, ini memberikan kita pesan yang cukup positif bahwa semua aman dan harga relatif stabil," tuturnya.
Penyumbang Inflasi Terbesar
Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Mukhammad Faisol Amir mengatakan daging ayam merupakan salah satu penyumbang terbesar inflasi bulanan pada April 2023 berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). Daging ayam berkontribusi sebesar 0,09% dari total inflasi bulanan sebesar 0,31%.
"Kenaikan harga ayam paling besar dipengaruhi oleh kenaikan harga pakan atau jagung. Data United States Agency for International Development (USAID] mengenai Indonesia’s Poultry Value Chain 2013 menyebut, pakan menyumbang 55,1% dari biaya produksi ayam," tuturnya melalui keterangan resmi, dikutip Selasa (23/5/2023).
Menurut Faisol, harga jagung makin meningkat pada Maret 2023 mencapai Rp 6.008/kg. Apalagi, harga jagung terbaru untuk peternak sudah melebihi Harga Acuan Penjualan (HAP) Rp 5.000/kg seperti yang ditunjukkan Peraturan Badan Pangan Nasional No.5/2022.
Pakan ayam yang sebagian besar terdiri dari jagung merupakan faktor produksi utama yang menentukan harga akhir ayam di tingkat konsumen. Namun, akses produsen ayam dalam negeri secara keseluruhan terhadap pakan yang lebih murah terhalang oleh peraturan impor jagung yang ketat.
"Saat ini, hanya badan usaha milik negara [BUMN] yang mendapat penugasan yang bisa mengimpor jagung untuk pakan. Kebijakan ini pada akhirnya membuat terbatasnya akses terhadap jagung dengan harga terjangkau bagi peternak unggas rakyat," ujar Faisol.
Akibat dibatasinya importasi jagung, industri pakan maupun peternak rakyat harus bersaing mendapatkan jagung dari pasar dalam negeri. Hal inilah yang menyebabkan ketimpangan akses, karena tentunya peternak kecil memiliki sumber daya yang terbatas untuk mengumpulkan dan menyerap jagung.
Hal ini dapat dihindari dengan membuka keran impor jagung untuk bahan pakan dari swasta, sehingga tekanan terhadap jagung domestik dapat berkurang.
“Pembukaan kesempatan impor untuk swasta juga akan memunculkan kompetisi yang memaksa mereka bekerja dengan lebih efisien dan tepat dalam membaca kebutuhan pasar,” tegas Faisol.
Pembangunan infrastruktur logistik juga merupakan bagian penting dalam distribusi pangan, termasuk ayam. Perbedaan margin perdagangan dan pengangkutan (MPP) yang besar antar provinsi membuat keberadaan infrastruktur yang memadai menjadi sangat vital.
“Perbedaan MPP antarprovinsi bisa mencapai 30%, terutama di luar Pulau Jawa. Untuk itu, infrastruktur seperti jalan dan gudang perlu diperbaiki. Hal ini juga akan mendukung kebijakan pengendalian harga melalui penyediaan tempat penyimpanan cadangan pangan, terutama untuk komoditas yang tergolong perishable,” tambahnya.
(rez/wdh)