Lebih jauh sejumlah kalangan menerjemahkan langkah Gibran bukan sesuatu yang tunggal dan tak bisa dilepaskan dari posisi Jokowi yang belum ajek pada Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah tersebut. Potret keakraban Jokowi yang tampak dengan Prabowo sejak pendeklarasian Ganjar juga menjadi sorotan.
Baru-baru ini keduanya bahkan nyemplung bareng menanam bakau di acara Puncak Penanaman Mangrove Nasional di Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk-Jakarta Utara, Senin (15/5/2023). Akrab. Tak lama, Gibran juga bertemu dengan Prabowo di Solo. Lebih awal, putra bungsu Jokowi yakni Kaesang Pangarep juga viral karena menggunakan kaus bergambar dan bertuliskan Prabowo dalam sebuah acara semacam podcast.
Belum lagi pada saat acara relawan pada 13 Mei 2023 lalu di Senayan. Pada saat itu, Ganjar hadir namun tidak dengan Jokowi padahal di acara tersebut tersemat nama relawan Jokowi. Presiden kemudian hadir di acara setelahnya yakni acara Musyawarah Rakyat alias Musra yang dihelat relawan Jokowi di Istora Senayan, Jakarta. Ada tiga nama yang diajukan para relawan yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Airlangga Hartarto. Apakah Jokowi hanya menyebutkan Ganjar untuk meresponsnya, ternyata tidak.
"Saya tahu saudara-saudara semuanya ingin menyerap aspirasi rakyat, benar? Siapa sih yang diinginkan rakyat? Jangan sampai keliru. Dan saya tahu saudara saudara ingin mencari, ingin menemukan capres dan cawapres yang benar dan tepat," kata Jokowi dalam acara musra pada Minggu (14/5/2023).
Tentang nama-nama bakal capres itu, Jokowi mengatakan bagian dirinya yang akan memberikan bisikan ke partai-partai yang sekarang ini koalisinya belum selesai.
Sikap Jokowi ibarat sedang bermain bandul ke kanan dan kiri antara Ganjar dan Prabowo dibaca oleh pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin. Menurutnya, sangat wajar jika Jokowi juga tak hanya mengandalkan Ganjar. Ada kepentingan Jokowi yang perlu diamankan setelah dirinya tak lagi menjabat. Saat ini Prabowo berada dalam koalisinya. Komitmen dalam koalisi menjadi pegangan Jokowi agar Prabowo meneruskan warisan program Jokowi.
"Kalau saya lihat Gibran ketemu Prabowo dan relawan Jokowi juga ketemu relawan Prabowo di Solo saya melihat bisa menjadi dukungan keluarga Jokowi ke Prabowo bisa jadi dan Jokowi main dua kaki. Di satu sisi perintah partai namun di sisi lain lebih menguntungkan dukung Prabowo," kata Ujang ketika dihubungi, Senin malam (22/5/2023).
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review ini mengatakan, dengan adanya Ibu Kota Nusantara (IKN) pula kata dia wajar Jokowi juga tak mendukung satu calon saja. Di PDIP kata Ujang, Jokowi juga bukan tokoh yang paling berpengaruh sehingga dia juga tak sepenuhnya bisa mengumpulkan harapan hanya pada Ganjar.
"Jangan simpan telur di keranjang yang sama atau (ya) main kaki, itu dua hal yang biasa saja bukan hal yang aneh dalam politik karena kan Prabowo dianggap bagian koalisinya bisa dibangun komitmen bersama. Kalau kita tahu dengan PDIP lebih banyak tegangnya apa namanya prabowo masih bisa komitmen bersama. Kira-kira seperti itu," imbuhnya.
Sementara pengamat politik Ray Rangkuti menilai, ada dua skenario dalam manuver-manuver politik tersebut. Pertama kata dia, bisa jadi Jokowi memang ingin memberi pengaruh pada kedua calon yang dia dukung. Hal ini untuk mengegolkan Prabowo dan Ganjar ke putaran kedua apabila ada tiga pasangan capres-cawapres di Pemilu 2024. Artinya, capres yang tidak diinginkan Jokowi akan tersingkir. Kemudian di putaran kedua, Jokowi lalu akan menegaskan sikapnya terhadap salah satu, apakah Ganjar atau Prabowo.
"Sebab kalau salah satunya yang dimunculkan bisa potensinya yang satu lagi enggak masuk ke putaran kedua dan yang masuk adalah orang lain dalam hal ini Anies Baswedan kan. Sehingga dua-duanya diseimbangkan suaranya biar kedua-duanya bisa masuk putaran kedua," kata Ray melalui sambungan telepon.
Dia mengingatkan bahwa pengaruh Jokowi masih sangat kuat sehingga akan berpengaruh baik kepada Ganjar maupun kepada Prabowo.
Skenario kedua adalah misalnya untuk menjaga apabila kesenjangan elektabilitas antara Ganjar atau Prabowo semakin tinggi, ambil contoh di atas 10% maka keduanya bisa "dikawinkan" sebagai capres-cawapres.
"Bilamana Ganjar kelihatan elektabilitasnya jauh lebih tinggi dari Ganjar di atas 10% maka hubungan dengan Prabowo itu dimungkinkan untuk digabungkan dengan Ganjar namun harus di atas 10 %. Kalau di bawah 10% Prabowo enggak mau," imbuh pendiri Lingkar Madani (Lima) tersebut.
Namun dia memberi sudut pandang lain bahwa dalam manuver ini sebenarnya bisa saja Prabowo yang "bermain" dengan maksud ingin menembus basis suara PDIP dan Ganjar yakni Solo dan Jawa Tengah. Hal itu sangat dimungkinkan dengan mendekati anggota keluarga Jokowi. Dalam hal ini keluarga Jokowi menjadi jalan bagi Prabowo untuk mendapat citra baik di mata pendukung sang presiden. Hal tersebut akan menguntungkan secara elektoral.
"Kedekatan menguntungkan karena bisa masuk ke basis tradisional pemilihnya PDIP dan Ganjar Pranowo. Asumsinya kan susah banget itu siapa pun masuk ke Jateng tapi ya melalui Gibran bisa masuk," tutupnya.
(ezr)