Logo Bloomberg Technoz

Sebagaimana diketahui, fenomena valuasi startup yang terus melambung tanpa dasar bisnis yang kuat selama beberapa tahun kebelakang memang menjadi sorotan. 

Valuasi adalah proses dalam menentukan nilai suatu aset atau perusahaan secara objektif. Valuasi dapat dilakukan untuk berbagai jenis aset, seperti saham, obligasi, properti, barang, layanan, dan perusahaan. 

Oleh karena itu, Martyn pada kesempatan sebelumnya juga turut menyoroti beberapa kasus di sektor teknologi seperti Farm Tech, Fish Tech, UMKM Tech, hingga financial technology peer-to-peer lending (P2P lending), di mana eFishery menurutnya sebagai salah satu contoh dari model bisnis yang dinilai tidak berkelanjutan.

Selain itu ia menilai, tidak ada perusahaan rintisan yang benar-benar mampu meraih valuasi US$1 miliar meski didukung oleh para pemodal ventura, tegas Martyn. "Daftarnya akan terus berlanjut," tutur dia.

Ia menambahkan bahwa banyak startup bukan berfokus bagaimana membangun bisnis berkelanjutan, melainkan meledakkan valuasi dengan cara membesar-besarkan potensi pasar.

"Hal ini menciptakan sebuah dunia di mana orang harus berbohong dan menipu agar bisa menyesuaikan diri," papar dia.

Kasus eFishery secara tak langsung menjadi gambaran nyata bagaimana praktik memoles angka keuangan bisa menjelma menjadi bumerang besar. Tidak hanya bagi pelakunya, tetapi juga bagi reputasi industri secara keseluruhan.

Terbaru, dalam laporan eksklusif Bloomberg News, Gibran secara terbuka mengakui bahwa ia telah merekayasa laporan keuangan eFishery demi menjaga kelangsungan hidup perusahaan di masa-masa awalnya. Namun, Gibran menolak tudingan telah mencuri dana investor.

Gibran menyebut ia membuat dua versi laporan: satu versi asli untuk internal perusahaan, dan versi lain yang telah digelembungkan untuk para investor. Dalam satu waktu krusial di akhir 2018, ia mengirimkan versi rekayasa itu ke para pemodal. Angka-angka yang tampak menjanjikan membuat investor mempercayakan lebih banyak dana, tanpa mengetahui bahwa laporan tersebut tidak sesuai kenyataan.

"Anda melihat diri Anda di cermin dan ketika Anda melakukan sesuatu yang salah, Anda tahu bahwa Anda tidak bangga dengan diri Anda sendiri,” Gibran mengatakan kepada Bloomberg News selama percakapan lima jam di mana ia memberikan penjelasan.

"Saya pikir saya hanya melakukannya untuk bertahan hidup. Trik manipulasi tersebut perlahan tumbuh menjadi struktur kebohongan yang sistematis.

Akibatnya, sejumlah investor besar dunia seperti SoftBank (Jepang), Temasek Holdings (Singapura), Social Capital milik Chamath Palihapitiya, Sequoia India, hingga 42XFund dari Abu Dhabi turut menjadi korban. Laporan menyebutkan setidaknya US$300 juta dana investor menguap, meski jumlah pasti masih belum diketahui.

(prc/spt)

No more pages