Bloomberg Technoz, Jakarta - Perlambatan laju pertumbuhan kredit perbankan semakin nyata, mengindikasikan dampak pengetatan moneter sejak Agustus 2022 masih berlangsung ditambah suramnya perekonomian, berdasarkan hasil survei perbankan yang digelar oleh Bank Indonesia April lalu.
Permintaan pembiayaan korporasi pada April 2023 terindikasi tumbuh terbatas dengan mencatat Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 19,8%. lebih rendah dibandingkan Maret yang sebesar 24%.
“Permintaan pembiayaan yang bersumber dari perbankan dalam negeri terindikasi melambat,” jelas BI dalam survei yang dirilis hari ini.
Selebihnya, korporasi masih mengandalkan dana sendiri untuk pembiayaan ekspansi, juga memanfaatkan fasilitas kelonggaran tarik.
Tren itu diperkirakan akan berlanjut hingga tiga bulan ke depan, sampai Juli 2023. Berdasarkan hasil survei, mayoritas korporasi berniat memakai dana sendiri untuk menutup kebutuhan ekspansi dan pemanfaatan fasilitas kelonggaran tarik.
Sementara kebutuhan pembiayaan dari kredit baru bank dan utang dari perusahaan induk diprediksi melambat dibanding bulan sebelumnya.
Perlambatan utamanya terjadi pada sektor perdagangan, industri pengolahan serta jasa perusahaan sebagai dampak masih lemahnya permintaan dari mitra dagang. "Juga pesimisme akan peningkatan permintaan masyarakat," jelas laporan BI.
Bila korporasi terindikasi semakin menahan diri mengajukan pembiayaan ke bank, hal yang sama ternyata terjadi juga di level rumah tangga. Berdasarkan survei, permintaan pembiayaan baru oleh rumah tangga terindikasi melambat pada April 2023.
Tercatat pada April 2023, rumah tangga yang melakukan penambahan pembiayaan melalui utang/kredit dalah 10%, turun dibandingkan 11,1% pada Maret. Mayoritas rumah tangga masih mengandalkan kredit multi guna, lalu kredit kendaraan bermotor, kredit peralatan rumah tangga, kredit pemilikan rumah dan kartu kredit.
Khusus untuk KKB dan kartu kredit terindikasi meningkat penggunaannya pada April lalu.
Kredit Perbankan
BI melaporkan berdasarkan hasil survei terbaru itu, penyaluran kredit baru oleh perbankan pada April 2023 juga mencatat perlambatan signifikan.
Yaitu, dari SBT 94,6% pada Maret lalu menjadi 68,9% pada April. Perlambatan penyaluran kredit baru pada April terjadi di seluruh kategori bank.
Begitu juga bila melihat dari jenis kredit, hanya kredit konsumsi saja yang bisa menghindari perlambatan. Kredit modal kerja dan investasi sama-sama melambat.
"Faktor utama yang mempengaruhi penyaluran kredit baru antara lain, permintaan pembiayaan dari nasabah, prospek kondisi moneter dan ekonomi ke depan serta tingkat persaingan usaha dari bank lain," jelas laporan BI.
Bank sentral memprakirakan penyaluran kredit baru akan kembali bangkit pada Mei ini. Berdasarkan survei, SBT perkiraan penyaluran kredit baru pada Mei mencapai 88,3% untuk semua kategori bank dan jenis kredit kecuali kredit konsumsi.
Standar Makin Ketat
Kebijakan penyaluran kredit (lending standard) pada April juga lebih ketat dibandingkan bulan sebelumnya. Terutama untuk kredit investasi dan kredit modal kerja. Sedangkan untuk kredit konsumsi seperti KPR, terlihat lebih longgar dengan mencatat SBT negatif.
"Berdasarkan survei April, kebijakan penyaluran kredit baru untuk keseluruhan kuartal II-2023 diprakirakan lebih ketat dibanding kuartal sebelumnya terutama untuk kredit investasi dan modal kerja," tulis laporan BI.
(rui)