Secara teknikal dalam jangka pendek saham BBRI bergerak bullish. Terjadi penguatan signifikan. Laporan Ajaib Sekuritas menyebut, “stochastic bergerak up dan MACD bar histogram dalam momentum positif.”
Daya dukung saham BBRI juga terjadi secara fundamental. Dimana raihan laba bersih perseroan sepanjang tahun lalu mengalami kenaikan 67% menjadi Rp51,4 triliun. Kinerja keuangan BBRI menjadi yang terbaik diantara emiten perbankan berkapitalisasi besar, atau juga dikenal dengan ‘The Big Four’, Bank Mandiri, Bank BNI, dan Bank BCA.
Sepanjang tahun lalu pendapatan berbasis komisi, Fee Based Income BBRI juga tumbuh double digit, yang ditegaskan Direktur Utama perseroan Sunarso merupakan dampak positif dari transformasi digital Bank BRI.
Pencapaian ini membuat pembayaran dividen final yang sudah dibayarkan pada 12 April kemarin mencapai Rp34,8 triliun atau setara dividen per saham Rp231,2. Sementara total dividen mencapai Rp43,49 triliun, atau setara 85% dari total laba bersih BBRI. Dividen interim telah dibagikan pada 27 Januari kemarin sejumlah Rp8,6 triliun.
Pada raihan laba kuartal I-2023 juga tahun ini juga menunjukkan tren positif meningkat 27,4% secara year on year (yoy), menjadi Rp15,5 triliun. Peningkatan laba Januari hingga Maret ditopang oleh kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 4,5% yoy menjadi Rp31,78 triliun.
“Pencapaian tersebut berpotensi masih solid pada kuartal IV 2022,” tulis Ajaib dalam laporannya. Pendapatan yang dikumpulkan dari 24 analis juga merekomendasikan beli pada saham BBRI.
Meski demikian saham-saham sektor perbankan, termasuk BBRI tergolong overweight seperti dilaporkan Mirae Asset Sekuritas Indonesia, dengan laju pertumbuhan kinerja yang tetap kuat. “Kinerja keempat bank besar [BRI, Bank Mandiri, Bank BNI, dan Bank BCA] pada kuartal I-2023 secara umum sejalan dengan estimasi kami, juga konsensus,” tulis Handiman Soetoyo analis Mirae.
Pada laju kredit, Hadiman Handiman menyatakan Bank BRI mengalami beberapa langkah penyesuaian, terutama pada segmen Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM). Imbal hasil atas penyaluran kredit dipercaya akan lebih tinggi tinggi hingga berdampak positif baik perusahaan.
Sunarso dalam penjelasan terbarunya mengatakan rekor harga saham pada Jumat lalu adalah yang tertinggi sejak perseroan mencatatkan sahamnya di pasar saham Indonesia pada 2003 silam. Rekor harga saham juga menjadi cermin apresiasi investor terhadap komitmen BRI untuk terus tumbuh.
Sunarso juga menyinggung pembentukan Holding Ultra Mikro (UMi) pada akhir 2021, dimana BRI menerbitkan rights issue membuat total permodalan BRI bertambah Rp41 triliun. Dana ini bersumber dari investor. Selanjutnya bisnis BRI terus melaku hingga capital adequacy ratio (CAR) mencapai 24,9% dengan r return on equity (ROE) 21,18% per akhir kuartal I.
“Saya kira tidak ada bank di dunia dalam waktu yang sama punya CAR yang 25% namun juga mampu menghasilkan return on equity 21%. Dan kami juga memiliki komitmen untuk terus tumbuh secara sustainable, saya kira itu kuncinya,” kata Sunaro.
(wep/hps)