Di kelompok berseberangan, ringgit menguat 0,23%, bersama dolar Taiwan 0,09%, won Korsel 0,04% dan peso 0,03%.
Pagi ini indeks dolar AS untuk pertama kalinya dibuka menguat lagi setelah dua hari beruntun melemah di sesi Asia. Meski masih di bawah 100, indeks dolar AS membukukan penguatan 0,25% sampai pagi ini.
Rupiah melemah ketika sentimen domestik masih melanjutkan perbaikan. IHSG kembali melanjutkan reli dengan kenaikan hampir 2% pagi ini di tengah arus jual saham oleh investor asing yang masih besar.
Investor domestik dan ritel sepertinya menjadi penggerak bursa yang lebih dominan belakangan ini.
Adapun di pasar surat utang negara, mayoritas tenor SUN turun imbal hasilnya mencerminkan adanya permintaan beli dari investor yang menaikkan harga obligasi tersebut.
Yield SUN tenor 1Y turun 2,7 bps seperti ditunjukkan data OTC Bloomberg pagi ini. Sedangkan tenor 5Y juga turun 1,8 bps kini di 6,836%. Bersama tenor 10Y yang juga terpangkas imbal hasilnya 1,8 bps kini di 7,011%.
Investor masih kesulitan memperkirakan dampak ekonomi dari perang dagang, di tengah tarik-ulur dalam proses negosiasi. Meski pejabat AS menegaskan strategi tarif dirancang dengan matang, para kritikus menilai kebijakan tersebut lebih dipengaruhi oleh keputusan transaksional Trump.
Gedung Putih pada Senin mengumumkan penyelidikan dagang terhadap sektor semikonduktor dan farmasi—langkah awal yang dianggap membuka jalan bagi pemberlakuan tarif lebih luas, dan berpotensi memperbesar skala perang dagang AS di bawah pemerintahan Trump. Proses ini diperkirakan akan memakan waktu berbulan-bulan.
Pada bagian lain, Gubernur Federal Reserve Christopher Walker mengatakan, dampak inflasi dari perang dagang sifatnya akan sementara dengan pemotongan bunga acuan sangat mungkin terjadi pada semester II-2025.
(rui)





























