Logo Bloomberg Technoz

Beberapa emiten tersebut di antaranya yakni PT Indika Energy Tbk (INDY) yang sudah meluncurkan produk motor listrik Alva One sejak tahun lalu, PT NFC Indonesia Tbk (NFCX) bersama dengan PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) yang berekspansi ke industri kendaraan listrik dengan merek Volta.

Motor listrik Alva One. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Selanjutnya ada PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) yang memiliki motor listrik dengan merek Gesits, PT Gaya Abadi Sempurna Tbk (SLIS) yang berfokus pada perakitan kendaraan listrik dengan merek Selis.

PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) yang bekerjasama dengan PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dengan membentuk usaha patungan pada motor listrik yakni Electrum, serta PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) yang menyediakan komponen kebutuhan kendaraan listrik.

Pemberian insentif kendaraan bermotor listrik dari pemerintah sempat membuat beberapa emiten tersebut mencatat kenaikan harga saham yang cukup signifikan. Meskipun saat ini, beberapa saham tersebut mulai mencatat penurunan.

“Momentum penguatan emiten kendaraan listrik yang tercatat naik ketika insentif tersebut diberlakukan memang merupakan sentimen sesaat karena adanya kebijakan pemerintah tersebut,” jelas Chisty.

Pasalnya, beberapa emiten di atas belum sepenuhnya mengandalkan penjualan kendaraan listrik sebagai kontributor utama pendapatan.

Menurut Chisty, permintaan kendaraan listrik dalam negeri belum terlalu besar terutama untuk mobil listrik. Penjualan mobil listrik di Indonesia tergolong kurang diminati sebab harganya yang lebih tinggi dibanding mobil konvensional.

Hyundai Ioniq 5 saat pameran IIMS 2023 di JIExpo, Jakarta, Kamis (16/2/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Adapun untuk penjualan motor listrik sendiri, permintaannya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka penjualan mobil listrik. 

Kinerja Emiten Industri Kendaraan Listrik

Jika dibedah berdasarkan kinerja fundamentalnya, emiten kendaraan listrik yang telah berhasil membukukan kenaikan kinerja imbas dari pemberian insentif kendaraan listrik di antaranya adalah produsen motor listrik Selis E-Max dan Selis Agats dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) masing-masing 53,68% dan 53,37%.

Selis atau SLIS berhasil mencatat penjualan yang tumbuh 8,65% secara tahunan pada sepanjang kuartal I-2023. Kontributor utama pendapatan SLIS berasal dari penjualan komponen elektronik sebanyak Rp261,79 miliar, dan penjualan sepeda listriknya sebesar Rp225,36 miliar.

Kemudian Dharma Polimetal atau DRMA juga berhasil mencatat kinerja yang solid sepanjang kuartal I-2023. Penjualan DRMA tercatat tumbuh 57,4% mencapai sebesar Rp1,4 triliun. DRMA merupakan produsen lokal yang memasok baterai untuk sepeda motor listrik, dan komponen kendaraan listrik lainnya.

Jika dibedah berdasarkan kinerja pergerakan harga sahamnya, NFC Indonesia atau NFCX yang merupakan produsen kendaraan listrik Volta pergerakan sahamnya sempat terkoreksi pada 20 Maret 2023, namun pergerakannya tercatat mengalami kenaikan mulai 27 Maret 2023.

Pergerakan Harga Saham NFCX Sejak Maret Hingga Mei (Bloomberg)

“Begitupun dengan emiten yang memiliki motor listrik lain seperti WIKA, TOBA, dan INDY yang secara teknikal pergerakan sahamnya telah bullish sejak akhir Maret 2023,” papar Chisty.

Kecuali GOTO yang secara teknikal pada saat sentimen tersebut efektif pergerakannya masih belum tercatat reli. Hal tersebut karena GOTO juga masih dipenuhi katalis negatif dari melemahnya sektor teknologi di tengah era kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini.

Sementara, WIKA, TOBA, maupun INDY pergerakannya saat ini tengah terkoreksi imbas dari pergerakan sektoralnya yang belum kondusif. Untuk TOBA dan INDY terkoreksi karena pergerakan sektor energi saat ini juga tengah koreksi, yang disebabkan mayoritas komoditas mengalami penurunan permintaan komoditas sebab perlambatan ekonomi global.

Dalam memanfaatkan momentum kendaraan listrik saat ini dan potensi kedepannya, Chisty mengunggulkan dua saham potensial. Yakni INDY dan DRMA. 

INDY dengan strategi Buy on Weakness, dengan mencermati level support Rp1.860, dan resistance pada level Rp2.160, cut loss if break Rp1.800.

Adapun untuk DRMA, Chisty menyarankan strategi Speculative Buy pada area support Rp1.000, dan target resistance Rp1.200, cut loss if break Rp890.

Disclaimer

Artikel ini bukan ajakan dari Bloomberg Technoz untuk membeli saham tertentu. Semua risiko investasi yang dilakukan investor menjadi tanggungjawab secara mandiri.  

(fad/aji)

No more pages