Keharmonisan para produsen di Jepang sangat kontras dengan Asosiasi Pabrikan Otomotif Eropa yang tahun lalu kehilangan beberapa anggota karena gagal menyepakati soal cara terbaik menghadapi perubahan iklim. Kekompakan suara di JAMA juga memiliki implikasi besar bagi transisi energi global, karena Jepang tetap menjadi pengekspor mobil terbesar di dunia.
Bloomberg bicara dengan CEO dari lima pabrikan mobil Jepang pekan lalu tentang bagaimana mereka kompak dengan komitmen itu: Berbagai rangkaian powertrain dan bahan bakar alternatif akan diperlukan untuk mengurangi emisi selama bahan baterai langka dan daya yang digunakan untuk mengisi ulang kendaraan listrik masih beralih ke sumber yang dapat diperbaharui.
Katakan "Ya" pada Omong Kosong
Pada Januari, mayoritas produsen mobil di India mengumumkan kesepakatan dengan lembaga pemerintah dan produsen susu terbesar di Asia untuk memverifikasi biogas yang berasal dari kotoran sapi dapat digunakan untuk menggerakkan model Suzuki yang menggunakan gas alam terkompresi.
Kendaraan listrik sepertinya tidak mungkin diluncurkan di India sampai akses listrik rumah tangga mendekati universal, kata Presiden Toshihiro Suzuki.
Tidak Cocok untuk Baterai
Isuzu Motors Ltd. memberi nama Giga ke salah satu rig besarnya beberapa dekade sebelum Elon Musk menggunakannya nama itu untuk pabriknya. Yamaha Motor Co. membuat skuter dan mobil golf yang relatif kecil dan menggunakan baterai.
"Salah kalau kita berasumsi hanya ada satu solusi," katanya, seraya kalau dunia 'sedikit terlalu fokus' pada kendaraan lisrik berbasis baterai.
Beterai sangat ideal untuk kendaraan kecil roda dua. Namun 'sangat mustahil' menggunakan baterai di perahu motor besar Yamaha, kata CEO Yoshiro Hidaka.
Sementara pelaut bisa membawa tangki bensin cadangan jika kehabisan bahan bakar, baterai terlalu berat untuk dibawa ke mana-mana. Bahan bakar hidrogen dapat bekerja lebih baik, dan perusahaan telah memulai upaya penelitian dan pengembangannya sendiri.
Isuzu memamerkan produksi massal kendaraan listrik pertamanya, Elf N-Series, di Hiroshima. Kendaraan tersebut hanya menawarkan jangkauan baterai sekitar 100 kilometer dibandingkan dengan sekitar 600 kilometer jika dikendarai dengan tangki bahan bakar.
"Bukannya produsen mobil Jepang ingin mengambil solusi yang mudah, atau suka dengan cara yang mudah," kata CEO Masanori Katayama. "Jika seseorang dapat memberikan jawabanyang tepat, apakah itu kendaraan listrik baterai atau kendaraan listrik berbahan bakar, itu akan lebih mudah bagi kami. Karena tim penelitian dan pengembangan kami dapat fokus di area tersebut. Tapi kami tidak punya jawaban seperti itu, setidaknya untuk saat ini."
Banyak Teknologi Berbeda
CEO Honda Motor Co. Toshihiro Mibe adalah yang paling percaya diri perihal kendaraan listrik. Pada Maret 2023, produsen mobil mulai membangun pabrik baterai lithium-ion baru senilai USD $4,4 miliar di pedesaan Ohio. Mereka bermitra dengan General Motors Co. dan Sony Group Corp. untuk kendaraan listik.
Walaupun begitu, hidrogen juga akan menjadi bagian dari campuran. Produsen mobil mengumumkan rencana pekan lalu untuk mengembangkan dan memasok sistem sel bahan bakar untuk truk berat yang rencananya akan diperkenalkan oleh Isuzu pada tahun 2027.
"Tujuannya adalah mencapai netralisasi karbon," kata Mibe. "Ada banyak teknologi berbeda yang membantu kami melakukan hal tersebut."
Mazda Motor Corp. menghasilkan kurang dari seperempat dibandingkan pendapatan Honda di tahun fiskal lalu, bahkan memiliki prosi kas yang lebih kecil.
Pada November 2022, Mazda mengatakan akan mendekati elektrifikasi secara bertahap hingga 2030. Kendaraan listik akan mencapai antara 25% hingga 40% dari penjualan global saat itu. Hal ini seakan mencerminkan ketidakpastian manajemen tentang seberapa cepat kendaraan listrik akan diluncurkan.
"Kami adalah pabrikan skala kecil, jadi kami tidak bisa melakukan pendekatan yang sama dengan pemain besar," kata Akira Marumoto yang akan megundurkan diri sebagai CEO Mazda blulan depan. "Kami harus memantau apa yang terjadi di pasar dan juga pelanggan kami."
(bbn)