Beli Emas Jangan Cuma Ikut-ikutan, Ini yang Mesti Diperhatikan
Ruisa Khoiriyah
14 April 2025 13:34

Bloomberg Technoz, Jakarta - Harga emas yang terus memecahkan rekor memantik euforia beli yang luar biasa. Terpantau dari beberapa titik penjualan emas produksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) juga di butik-butik perhiasan emas di berbagai pusat belanja, para peminat emas menyerbu untuk membeli logam berharga tersebut bahkan ketika harganya telah menembus level termahal sepanjang sejarah mendekati Rp2 juta per gram.
Animo luar biasa para peminat investasi emas menimbulkan dugaan terjadi panic buying, dipicu kekhawatiran bakal ketinggalan momentum beli ketika harga emas ke depan diyakini akan melanjutkan kenaikan lebih tinggi. Ada kecenderungan, minat masyarakat terhadap emas makin besar ketika harganya terus naik. Sementara ketika harganya turun, arus FOMO, fear of missing out, pembelian emas malah tidak terlihat.
Emas sebagaimana aset investasi pada umumnya, tentu bukan tanpa risiko sama sekali. Selayaknya aset yang menjadi instrumen pencari cuan, harga emas juga pernah turun bahkan ambles cukup parah.
Emas sejatinya adalah instrumen hedging alias lindung nilai. Alhasil, harga emas cenderung melesat di tengah ketidakpastian arah ekonomi. Ketika ketakutan akan inflasi meningkat, emas kerapkali jadi buruan karena dinilai bisa 'menyelamatkan' nilai aset dari inflasi jangka panjang.
Begitu juga saat kekhawatiran akan terjadi resesi membesar, emas juga biasa dijadikan tempat berlindung alias safe haven asset. Resesi potensial membuat paper investment jadi tak berharga sehingga emas yang dianggap sebagai aset riil menjadi pilihan lebih 'aman' serta stabil dalam jangka panjang. Emas dianggap sebagai mata uang yang sebenarnya.