Mari melihat simulasinya berikut ini:
Mengacu pada simulasi kredit dari BCA Finance, kredit mobil listrik Ioniq 5 harga Rp673,2 juta dengan uang muka 20% dan tenor kredit 3 tahun, maka seorang pembeli harus menyiapkan pembayaran pertama (termasuk down payment 20%) sebesar Rp194,13 juta dengan cicilan per bulan Rp17,38 juta selama 3 tahun.
Adapun Airev dengan harga jual Rp218,7 juta, untuk kredit tenor 3 tahun maka seorang pembeli harus menyiapkan dana pembayaran pertama (termasuk down payment) sebesar Rp73,28 juta dengan cicilan sebesar Rp5,64 juta per bulan selama 3 tahun.
Semakin lama tenor kredit, beban cicilan bulanan mungkin semakin kecil akan tetapi dari sisi total uang yang dibayarkan tentu akan semakin mahal karena beban bunga juga semakin lama.
Para perencana keuangan kebanyakan menyarankan bila hendak membeli kendaraan pribadi apakah itu kendaraan bermotor atau kendaraan listrik, sebaiknya tunai saja. Atau, bila tidak memungkinkan membeli tunai, mengambil fasilitas kredit kendaraan juga disarankan dalam tenor pendek maksimal 3 tahun saja.
Ini karena mobil termasuk pembelian konsumtif dan aset yang nilainya terus menurun dari tahun ke tahun. Berbeda dengan rumah yang nilai bangunan dan tanahnya bisa naik dalam jangka panjang.
"Jangka waktu kredit kendaraan paling efisien,artinya saat lunas nilai mobil juga masih cukup wajar, itu ada di tenor 2-3 tahun. Di atas tenor 3 tahun sudah merugikan di mana nilai sisa mobil sudah di bawah total pembayaran yang sudah kita lakukan," jelas Eko Endarto, Financial Planner dari Finansia Consulting.
Siapa yang Mampu Mencicil?
Dari simulasi di atas, apabila seseorang berniat membeli Ioniq 5 termurah dengan memilih beban cicilan bulanan paling ringan (tenor kredit maksimal 6 tahun), maka ia harus menyiapkan dana Rp10,72 juta hingga Rp10,93 juta per bulan selama enam tahun.
Mengacu pada kamus perencanaan keuangan, besar maksimal total beban cicilan terhadap total pendapatan adalah 30%, termasuk cicilan KPR, cicilan mobil, cicilan kartu kredit dan lain sebagainya. Dengan demikian, bila ingin mencicil mobil listrik dengan cicilan di atas Rp10 juta per bulan, Anda perlu memiliki penghasilan rutin bulanan minimal sebesar Rp30 juta supaya rasio utang Anda tetap terjaga sehat.
Perlu digarisbawahi, rasio utang itu bukan hanya memperhitungkan beban cicilan mobil listrik, tapi juga termasuk cicilan KPR dan cicilan kredit lainnya.
Sedang bagi peminat Airev, dengan memilih tenor terpanjang agar cicilan ringan, seseorang harus menyiapkan dana antara Rp3,48 juta hingga Rp3,55 juta per bulan selama 6 tahun masa kredit kendaraan berlangsung. Dengan beban cicilan sebesar itu, supaya rasio utang tetap sehat, seseorang harus memiliki pendapatan rutin minimal sebesar 3 kali nilai cicilan yaitu Rp10-12 juta per bulan.
Kelas Menengah dan Kelas Atas
Menurut laporan Bank Dunia yang dirilis beberapa waktu lalu, jumlah penduduk Indonesia dengan nilai pengeluaran di atas Rp6 juta per bulan hanya sebesar 1,2% dari total populasi 261 juta jiwa (2016). Sedangkan sebanyak 20,5% penduduk termasuk kelas menengah dengan total populasi mencapai 53,6 juta orang.
Anda termasuk kelas menengah bila memiliki pengeluaran antara Rp1,2 juta hingga Rp6 juta per bulan. Faktanya, menurut Bank Dunia, mayoritas masyarakat Indonesia adalah kelompok aspiring middle class atau kelas masyarakat yang "baru menuju kelas menengah" dengan pengeluaran antara Rp532.000 hingga Rp1,2 juta per bulan. Jumlahnya mencapai 115 juta orang.
Sedangkan di bawahnya ada kelas rentan (pengeluaran Rp354.000-Rp532.000 per bulan) sebanyak 61,6 juta orang dan kelompok miskin (pengeluaran di bawah Rp354.000 per orang per bulan) yang jumlahnya mencapai 28 juta orang.
Berdasarkan pengelompokan tersebut, jelas bahwa subsidi atau insentif kendaraan listrik dalam hal ini mobil adalah diperuntukkan bagi kalangan atas Indonesia yang persentasenya tak sampai 2% dari total penduduk. Layak untuk ditunggu multiplier effect dari hujan subsidi dan insentif kendaraan listrik untuk kalangan the have ini bagi pertumbuhan ekonomi domestik keseluruhan.
(rui)