Logo Bloomberg Technoz

Nasib Nikel RI: Tambang, Smelter, Baterai Terimbas Perang Tarif

Redaksi
10 April 2025 10:40

Blok feronikel yang diproduksi di fasilitas pengolahan nikel yang dioperasikan oleh Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara./Bloomberg-Dimas Ardian
Blok feronikel yang diproduksi di fasilitas pengolahan nikel yang dioperasikan oleh Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara./Bloomberg-Dimas Ardian

Bloomberg Technoz, Jakarta – Industri nikel Indonesia dinilai tetap riskan terserempet dampak tak langsung dari kebijakan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, kendati komoditas tersebut tidak diganjar bea masuk 32% oleh Washington.

Analis komoditas dan pendiri Traderindo.com Wahyu Tribowo Laksono mengatakan efek domino dari situasi perang tarif yang diinisiasi oleh Trump akan dirasakan oleh sektor pernikelan nasional; mulai dari lini hulu, antara, hingga hilir.

Dari sisi hulu atau tingkat pertambangan, kata Wahyu, rezim tarif impor tinggi bakal menekan daya saing produk nikel Indonesia di pasar AS. Hal tersebut bisa berujung pada penurunan permintaan ekspor.

Nah, penurunan permintaan tersebut dapat menyebabkan tekanan pada harga nikel global, yang pada akhirnya dapat memengaruhi pendapatan perusahaan pertambangan nikel di Indonesia” kata Wahyu saat dihubungi, Kamis (10/4/2025). 

Penurunan harga nikel sejak 2022./dok. Bloomberg

Harga nikel makin terjerembap ke level US$14.084/ton di London Metal Exchange (LME) hari ini, turun 0,68% dari hari sebelumnya. Angka tersebut terpelanting sangat jauh dari rekor tertinggi nikel di atas US$20.000/ton pada kisaran 2022—2023.