Perang tarif ini sangat mungkin mempengaruhi arus perdagangan dunia. Saat arus perdagangan seret, maka akan memberatkan laju pertumbuhan ekonomi.
Perlambatan ekonomi menciptakan risiko bahwa permintaan dunia akan melemah, termasuk terhadap minyak nabati. Jadi wajar saja harga bergerak turun.
Koreksi harga minyak nabati pesaing juga ikut melemahkan harga CPO. Kemarin, harga minyak nabati di bursa Dalian (China) anjlok 1,9%. Sementara di Chicago Board of Trade (AS) terpangkas 0,71%.
Sedangkan harga minyak biji bunga matahari melemah 0,61%. Adapun harga minyak rapeseed berkurang 1,79%.
Saat harga minyak nabati pesaing lebih murah, maka keuntungan untuk beralih ke CPO menjadi berkurang. Sebab, berbagai komoditas ini bersifat bisa saling menggantikan.
Analisis Teknikal
Lantas bagaimana dengan perkiraan harga CPO untuk hari ini? Apakah bakal turun lagi atau bisa bangkit berdiri?
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), CPO masih terjebak di zona bearish. Tercermin dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 38. RSI di bawah 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Sementara indikator Stochastic ada di angka 3. Menghuni area jual (short) yang sangat kuat, bahkan amat jenuh jual (oversold).
Dengan koreksi yang sudah begitu dalam. sebenarnya harga CPO berpeluang naik. Target resisten terdekat adalah MYR 4.270/ton. Jika tertembus, maka MYR 4.300/ton bisa menjadi target berikutnya.
Adapun target support terdekat adalah MYR 4.108/ton. Penembusan di titik ini berisiko menyeret harga CPO ke arah MYR 4.053/ton.
(aji)































