Pasar mengarahkan fokus lain pada arah kebijakan suku bunga dari bank sentral AS atau Federal Reserve. Ada yang bertaruh kenaikan Fed rate pada Juni mendatang akan dipangkas menjadi 25%, usai Gubernur Jerome Powell mengisyaratkan penghentian hawkish, seperti dilaporkan Dow Jones, dilansir dari Bloomberg News.
“Pelaku pasar masih memikirkan bahwa Fed akan jeda sejenak. Batas utang AS dan penetapan harga pada bank-bank wilayah AS, akan menjadi bahan perbincangan pelaku pasar,” kata Chris Weston, head of research for Pepperstone Group Ltd. dalam catatan terbarunya.
Pasar obligasi Australia dan Selandia Baru stabil pasca terjadi penjualan surat utang pada Jumat yang mendorong imbal hasil ke level yang lebih tinggi.
S&P 500 yang turun sekaligus menghentikan reli dua hari terakhir. Indeks ini bertahan pada level 4.200. Perdagangan SPDR S&P Regional Banking turun 2% menjadi US$3,2 miliar usai laporan mengatakan bahwa Menteri Keuangan Janet Yellen mendorong merger kepada pada pemberi pinjaman apabila mungkin dilakukan.
Saham-saham di AS bersiap melorot jika benar negosiasi yang tak berkesudahan menyoal plafon surat utang terus berlangsung, hingga pembayaran pemerintah tertunda. Hal ini menjadi peringatan dari UBS. Meskipun peluang tersebut kecil, namun jika AS benar mengalami gagal bayar dan menunda dalam tempo seminggu, S&P bisa drop 20% menuju 3.400, kata Jonathan Pingle, pimpinan strategis UBS.
Pada bagian lain pasar saham dunia juga diselimuti ketegangan hubungan AS dan China. Beijing Minggu kemarin mengumumkan larangan Micron Technology Inc. Sebelumnya pada pertemuan G7 di Jepang terdapat usulan mendorong ketergantungan pada China sebagai rantai pasok global.
Pasar komoditas pada awal minggu bergerak variatif. Hanya minyak cenderung stabil usai terjadi penurunan dalam dua hari terakhir. Sementara emas naik tipis pada Senin, melanjutkan kenaikan sebesar 1% pada Jumat lalu.
(bbn)