Harga emas masih tertekan seiring gejolak pasar keuangan dunia. Perang dagang dalam skala global sepertinya sudah dimulai.
Pekan lalu, Amerika Serikat (AS) di bawah komando Presiden Donald Trump mengumumkan pemberlakuan tarif bea masuk resiprokal. Artinya, semakin besar surplus perdagangan yang dinikmati suatu negara terhadap AS, maka tarif bea masuknya makin tinggi.
China adalah salah satu negara yang diganjar tarif tersebut, bersama sekitar 60 negara lainnya. Namun Beijing tidak tinggal diam. Pemerintahan Presiden Xi Jinping balas menerapkan tarif bea masuk 34% terhadap impor asal Negeri Paman Sam.
Melihat balasan China, Trump tidak terima. Washington pun menambahkan tarif baru kepada China, yang kini mencapai 104%.
“Eskalasi perang tarif antara AS dan China mengguncang pasar global. Ketidakpastian membawa angin mendung di kepala investor,” tegas Tomo Kinoshita, Global Market Strategist di Invesco Asset Management, seperti diberitakan Bloomberg News.
Biasanya emas selaku safe haven asset diuntungkan dengan kondisi seperti ini. Akan tetapi, situasi begitu ekstrem sehingga emas ikut mengalami tekanan jual. Investor melepas emas untuk menutup kerugian di tempat lain.
(aji)





























