Logo Bloomberg Technoz

“Mengingat de-risking portofolio global minggu lalu, ada banyak investor yang terburu-buru keluar pagi ini,” kata John Foo, pendiri Valverde Investment Partners Pte, dilaporkan Bloomberg News.

“Nilai yang baik mulai muncul di Indonesia dan ASEAN secara umum setelah aksi jual ini, terutama karena Indonesia adalah ekonomi yang digerakkan oleh pasar domestik.”

Pengamat dan praktisi investasi Desmond Wira, menyatakan, aksi trader di pasar Indonesia sudah diperkirakan dan IHSG terhantam gelombang ‘efek domino’ bursa global pada urutan terakhir. “Kita baru ‘mengejar’ kejatuhan itu sekarang,” terang dia.

Bukannya mereda, ketegangan akibat pengumuman tarif impor Amerika Serikat (AS) oleh Presiden Donald Trump terus berlangsung. Aksi balasan dilakukan, termasuk oleh China.

Masih Ada Optimisme untuk Indonesia di Tengah Gejolak Global

China mengambil langkah untuk membatasi perusahaan lokal agar tidak berinvestasi di AS, menurut beberapa sumber Bloomberg News, dilaporkan pada 3 April pekan lalu.

Meskipun China sebelumnya telah memberlakukan pembatasan pada beberapa investasi luar negeri terkait dengan kekhawatiran tentang keamanan nasional dan aliran modal keluar, langkah baru ini menegaskan ketegangan yang sedang terjadi antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut, seiring dengan peningkatan tarif yang dilakukan oleh Donald Trump.

Negara-negara Uni Eropa juga tengah menyusun langkah menghadapi kebijakan tarif baru Trump. UE bersama dengan China dan Kanada dalam memberlakukan tarif balasan terhadap Amerika, yang dapat menjadi eskalasi awal dari apa yang dikhawatirkan sebagian pihak sebagai perang dagang global. 

Efek Trump Bakal Berlangsung Lama

Kejatuhan pasar ekuitas global berpeluang berlanjut pekan ini usai pada minggu lalu  S&P 500 dan Nasdaq masing-masing turun 9,1% dan 9,8% WoW. Mirae Asset Securities mencatat ini menjadi penurunan paling tajam sejak pandemi COVID-19. Sementara di pasar Asia dan Eropa, Nikkei Jepang turun 9,0%.

“Kemerosotan pasar global yang sedang berlangsung, yang diperkirakan akan terus berlanjut minggu ini, dipicu oleh pengumuman ‘Liberation Day’ Trump,” terang Rully Arya Wisnubroto dari Mirae.

“Trump pada tanggal 2 April 2025, yang memperkenalkan tarif yang luas, termasuk tarif dasar 10% untuk semua impor dan tarif yang lebih tinggi untuk mitra dagang utama seperti China (34%) dan Uni Eropa (20%). Pengumuman tersebut telah menyebabkan aksi balasan secara meluas oleh negara-negara yang terkena dampak, yang semakin meningkatkan ketegangan. China sigap merespons dengan tarif balasan 34% untuk semua impor AS, yang berlaku efektif pada tanggal 10 April.”

Target tarif China atas komoditas AS diantaranya produk pertanian jagung, kedelai, barang-barang otomotif, hingga komponen teknologi.

(rtd/wep)

No more pages