Jika penurunan terus berlanjut dan mencapai 15%, maka perdagangan akan dihentikan selama 30 menit lagi untuk kali kedua.
Sementara jika IHSG ambles hingga 20% dalam perdagangan hari ini, IHSG akan dihentikan (Trading Suspend) hingga tutup sesi atau lebih dari satu sesi perdagangan setelah mendapat persetujuan atau perintah OJK.
“Trading Halt dilakukan sebagai bentuk pengendalian untuk menjaga perdagangan tetap teratur, wajar, dan efisien,” ujar Kautsar Primadi Nurahmad, Sekretaris Perusahaan BEI dalam keterangan resminya.
Trading Halt merespons “penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai lebih dari 8%,” menurut BEI.
IHSG tengah melemah 508,54 poin (–7,81%), bergerak bersamaan dengan rupiah tercatat melemah amat dalam. Sentimen di pasar membuat aksi jual terjadi secara masif di IHSG saat total transaksi perdagangan mencapai Rp9,54 triliun.
Mengacu data real time Bloomberg, rupiah dibuka melemah tajam 1,72% di level Rp16.845/US$, menjadi mata uang Asia dengan pelemahan terdalam pagi ini. Rupiah setelah itu beringsut makin lemah di posisi Rp16.860/US$ mencerminkan pelemahan 1,84% usai 10 menit perdagangan.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Fajar Dwi Alfian memaparkan, penurunan tajam tersebut sebenarnya sudah diantisipasi pasar atau priced in.
Selama libur panjang, pasar saham global juga mengalami tekanan hebat. Bahkan ETF Indonesia yang diperdagangkan di bursa saham Amerika Serikat telah turun lebih dari 10% sejak Presiden Donald Trump mengumumkan tarif impor baru.
“Pasar sudah memperkirakan tekanan ini, terlebih karena eskalasi perang dagang yang memicu kekhawatiran akan resesi, baik di AS maupun secara global. Penurunan volume perdagangan dunia dan permintaan produk manufaktur menjadi risiko nyata,” ujar Fajar kepada Bloomberg Technoz, Selasa (8/4/2025).
BEI mengimbau para pelaku pasar untuk tetap memperhatikan perkembangan pasar secara objektif dan mengakses informasi resmi.
Langkah penghentian sementara ini menjadi sinyal bahwa tekanan jual di pasar saham domestik telah mencapai tingkat yang signifikan, di tengah gejolak pasar global dan eskalasi ketegangan perdagangan internasional yang sedang berlangsung.
(fad/aji)






























