Selama pasar RI libur, mata uang Asia sudah mencatat pelemahan yang sangat dalam. Bila disetarakan periodenya yakni mulai 27 Maret hingga perdagangan pagi ini, pelemahan rupiah di pasar spot saat ini menjadi yang terdalam kedua di Asia setelah baht, dengan pelemahan mencapai 1,78%. Sedangkan baht melemah hingga 1,86%.

Sementara bila menghitung pelemahan hari ini saja, rupiah keluar sebagai mata uang Asia dengan pelemahan terdalam 1,77%, disusul baht 1,11%, lalu yuan Tiongkok 0,18%, ringgit 0,08% lalu dolar Hong Kong dan yuan offshore 0,04% dan 0,03%.
Di bagian lain, yen Jepang menguat 0,3%, peso 0,29%, dolar Singapura 0,29%, dolar Taiwan 0,15% dan won 0,13%. Indeks dolar AS pagi ini bergerak stabil di level 103,03.
Kejatuhan rupiah pagi ini sudah terprediksi dengan Bank Indonesia menegaskan akan berada di pasar sejak awal pembukaan untuk mengintervensi secara agresif.
IHSG dibuka melemah 9,2% dan langsung terkena penghentian perdagangan. Adapun di pasar surat utang, yield SUN 10Y melompat naik 17 basis poin pagi ini menyentuh 7,174%.
Lanskap pasar global semakin liar dengan ancaman baru Presiden AS Donald Trump pada Tiongkok yang telah membalas dengan tarif 34% untuk barang-barang dari Negeri Paman Sam.
Trump mengancam akan mengenakan tarif impor tambahan sebesar 50% terhadap China, sembari mempersiapkan negosiasi dengan Jepang dan Israel, yang membuat pasar kesulitan memahami niatnya atas rencana tarifnya yang luas.
Pasar saham berfluktuasi liar pada Senin (7/4/2025) saat Trump mengunggah berbagai pembicaraan dengan mitra dagang ke media sosialnya, dan volatilitas semakin melonjak setelah laporan keliru tentang kesediaan presiden untuk mempertimbangkan jeda tarif menyeluruh, yang dibantah oleh Gedung Putih.
Ucapan Trump tersebut merupakan sinyal bahwa ia bersedia menghadiahi negara-negara yang mengambil pendekatan damai dan menghukum mereka yang berniat membalas tarif AS.
Indeks saham di Wall Street masih ditutup merah meski Nasdaq ditutup naik tipis 0,1%. Namun, dinamika di pasar surat utang AS, Treasury, memberikan perubahan narasi yang super cepat yang harus dicerna oleh pasar.
Yield 10Y yang sempat turun di bawah 4%, kini kembali menapak naik hingga 18,3 bps pagi ini menyentuh 4,180% di kala para traders memprediksi Federal Reserve, bank sentral AS, akan memangkas bunga acuan lebih cepat dan lebih banyak pada tahun ini sebagai 'pertolongan' terhadap perekonomian yang potensial terkontraksi.
Di pasar spot Asia hari Selasa, pergerakan mata uang bervariasi. Won menguat 0,26%, bersama dolar Singapura 0,15%, yen 0,14% dan yuan offshore 0,02%.
Sementara baht malah anjlok sampai 1,37% pagi ini, ditemani oleh dolar Hong Kong dan ringgit yang melemah tipis 0,03% dan 0,02%.
Bursa saham Asia sebagian rebound dengan indeks Nikkei di Jepang naik 6%, Topix melompat lebih dari 6%. Sedangkan indeks saham di Korea, Kospi dan Kosdaq juga bangkit dengan penguatan hampir 2%.
(rui)