"Kami memperkirakan pemerintah masih mampu memberikan stimulus fiskal senilai Rp70 triliun hingga Rp90 triliun untuk meredam dampak tarif bea masuk Trump dari langkah efisiensi belanja negara yang diperkenalkan pada Januari lalu," kata Lionel.
Dengan pengucuran stimulus tersebut, defisit APBN tahun ini memang potensial membengkak menjadi -2,80% hingga -2,90% dari PDB, jauh lebih tinggi ketimbang target pemerintah sebesar -2,53% dari PDB.
Hitungan itu sudah memasukkan langkah penghematan senilai Rp70 triliun sampai Rp90 triliun yang diperlukan untuk menutup kesenjangan penerimaan menyusul pembatalan kenaikan tarif PPN menjadi 12%, juga pengalihan pembayaran dividen BUMN ke Danantara.
"Kami memandang angka tersebut sebagai angka yang aman dan tidak akan memicu dampak buruk pada peringkat utang negara Indonesia," imbuh tim analis Mega Capital.
Penerapan tarif Trump di mana Indonesia diganjar sebesar 32%, efektif mulai 9 April nanti, juga tarif dengan berbagai tingkatan ke sekitar 60 negara lain, akan berdampak signifikan terhadap kinerja ekspor RI.
Ekspor RI menyumbang 23,88% terhadap total PDB pada kuartal IV-2024, akan terdampak baik secara langsung ke AS maupun tak langsung, mengingat negara-negara mitra dagang RI pun terkena tarif.
Permintaan dari negara luar negeri untuk ekspor RI kemungkinan melemah. Penting dicatat, ekspor Indonesia ke Tiongkok, Jepang & negara-negara ASEAN menyumbang sekitar setengah dari total ekspor.
Pukulan perang dagang yang bisa melemahkan kinerja ekspor sebagai salah satu tulang punggung ekonomi Indonesia itu, terjadi ketika konsumsi domestik juga menunjukkan kelesuan.
"Indikator konsumsi harian kami menunjukkan pola konsumsi yang datar sejak September tahun lalu. Dalam keadaan normal, indikator konsumsi mulai meningkat dua bulan sebelum Ramadhan, yang tidak terjadi pada data tahun ini. Konsumsi domestik yang lemah dikombinasikan dengan permintaan eksternal yang suram akan mendorong bisnis untuk mengurangi pengeluaran investasi ke depannya," demikian ditulis dalam laporan tersebut.
Indonesia dinilai masih cukup bisa bertahan bila mesin utama ekonomi yakni konsumsi domestik tetap melaju. Hal itu menjadi keuntungan tersendiri misalnya bila dibandingkan negara dengan menggantungkan ekonomi sepenuhnya pada perdagangan, seperti Singapura.

Perang dagang yang memanas sejauh ini telah memicu gejolak hebat di pasar keuangan di hampir semua penjuru.
Sampai perdagangan Senin petang, bursa saham berjatuhan di Asia, Eropa juga sepertinya akan berlanjut di bursa AS yang bersiap dibuka beberapa jam lagi.
Dalam tiga hari perdagangan terakhir, sekitar US$ 9,5 triliun nilai ekuitas global telah menguap oleh aksi jual besar-besaran.
Pasar modal Indonesia yang baru akan buka esok Selasa, usai libur panjang Lebaran, diperkirakan akan turut terseret gelombang 'tsunami' pasar global yang telah berlangsung sejak pekan lalu.
Mengacu pergerakan indeks EIDO, kode untuk produk Exchange Trade Fund (ETF) yang diramu oleh fund manager kakap BlackRock, berisi saham-saham MSCI Indonesia, mencatat kejatuhan nilai hingga 7,82% pekan lalu. EIDO berisi saham-saham big caps seperti BBCA, BBRI, BMRI, TLKM, AASI, GOTO, AMRT, hingga AMMN.
Penurunan indeks EIDO menunjukkan bahwa pasar memperkirakan pukulan berat terhadap pertumbuhan RI terimbas perang dagang 2.0 tersebut.
Tak akan membalas
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, Indonesia dan negara di ASEAN tidak mengambil langkah retaliasi dari dampak tarif Trump.
Sebaliknya, Indonesia dan Malaysia akan mendorong pengambilan keputusan trade invesment TIFA. Hal tersebut lantaran TIFA sendiri secara bilateral telah ditandatangani sejak tahun 1996.

"Sehingga kita akan mendorong berbagai kebijakan itu masuk dalam TIFA. Selanjutnya, beberapa nontarif measures, kemudian terkait dengan tarif dan bagaimana kita meningkatkan impor," kata Airlangga di Gedung Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Senin (7/4/2025).
Airlangga mengatakan, berdasarkan arahan Presiden Prabowo Subianto, Indonesia akan mencoba melakukan negosiasi kepada Amerika dalam waktu dekat.
Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza menambahkan, dalam waktu dekat delegasi Indonesia akan menemui Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
"Masih dalam pembahasan, tapi dalam waktu dekat akan diberitahukan ke kita dan yang memimpin Pak Menko (Menteri Koodinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto)," katanya di Gedung Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Senin (7/4/2025).
Faisol mengatakan, kemungkinan tim delegasi tersebut akan berangkat menuju Negara Paman Sam dalam waktu dekat ini. "Paling lambat tanggal 17 ini," kata Faisol.
(rui)