Mata uang Asia di pasar valas spot juga sudah 'rontok' sepanjang hari ini, setelah pekan lalu sebagian besar masih cukup bertahan melawan dolar AS.
Menilik pasar Credit Default Swap (CDS), terlihat bahwa angkanya 'terbang' sampai 20,3% sepanjang hari ini, menyentuh level 127,7, tertinggi sejak 7 November 2022 silam ketika gelombang kenaikan bunga acuan global menjatuhkan pasar keuangan dunia.
Latar belakang pasar global nan pengap dibekap kemelut tarif Trump yang memicu ketakutan akan resesi perekonomian kini, kemungkinan akan turut menyeret IHSG dan rupiah dalam kemerosotan yang cukup tajam.
Pergerakan rupiah di pasar spot, misalnya, selama ini mengekor dinamika di pasar offshore. Bila kini rupiah NonDeliverable Forward (NDF) yang diperdagangkan di bursa luar negeri, sudah mencatat pelemahan lebih dari 4% selama bursa keuangan RI tutup, hal serupa hampir mungkin terjadi juga di pasar spot.
Rupiah spot pada hari terakhir perdagangan sebelum libur panjang dimulai, yakni pada Kamis 27 Maret lalu, ditutup di level Rp16.560/US$. Berjarak hampir 650 poin dengan kisaran pergerakan rupiah offshore sepanjang hari ini di Rp17.184/US$.

Artinya, potensi pelemahan rupiah spot pada perdagangan Selasa esok, terbuka lebar. Rupiah sangat mungkin melemah dengan cepat dan menjebol batas psikologis Rp17.000/US$ yang akan menjadi level terlemah dalam sejarah setelah pernah terjadi pada era krisis moneter pada 1998 silam.
Intervensi BI
Bila rupiah ambles dengan cepat esok hari, seperti yang sudah diekspektasikan oleh mayoritas pelaku pasar sebagaimana tecermin di pasar offshore, komplikasi tekanan ke pasar saham dan surat utang domestik bisa makin besar.
Hanya, Bank Indonesia dipastikan tidak akan tinggal diam. Dalam pernyataan berulang kali, otoritas moneter mengatakan akan memperkuat intervensi di pasar spot, pasar domestik NDF juga pasar surat berharga negara (SBN).
Bahkan, hari ini BI mengumumkan bahwa mereka telah memutuskan menempuh intervensi pasar valas offshore demi menahan kejatuhan rupiah lebih dalam. Keputusan itu diambil setelah otoritas moneter menggelar Rapat Dewan Gubernur insidentil di luar jadwal bulanan pada hari ini jelang pembukaan pasar esok hari.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 7 April 2025 memutuskan untuk melakukan intervensi di pasar off-shore (Non Deliverable Forward/NDF) guna stabilisasi nilai tukar Rupiah dari tingginya tekanan global," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso, hari ini.
Ramdan mengatakan, intervensi dilakukan oleh BI secara berkesinambungan di pasar offshore di Asia, Eropa dan New York.
Sejauh pengamatan selama beberapa tahun terakhir, intervensi BI di pasar offshore seperti keputusan hari ini, terbilang jarang dilakukan. Namun, selisih yang terlalu jauh antara kurs rupiah di offshore dan spot domestik, bisa memperburuk persepsi pasar dan ekspektasi para traders.

Intervensi itu 'berhasil' menarik lagi nilai rupiah offshore dari tadinya sempat ambles di Rp17.348/US$, kini bergerak di Rp17.107/US$ pada pukul 14:03 WIB, jelang pembukaan pasar Eropa.
"BI juga akan melakukan intervensi secara agresif di pasar domestik sejak awal pembukaan tanggal 8 April 2025 dengan intervensi di pasar valas (Spot dan DNDF) serta pembelian SBN di pasar sekunder," kata Ramdan.
Otoritas moneter juga akan melakukan optimalisasi instrumen likuiditas rupiah untuk memastikan kecukupan likuiditas di pasar uang dan perbankan domestik.
"Serangkaian langkah-langkah Bank Indonesia ini ditujukan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah serta menjaga kepercayaan pelaku pasar dan investor terhadap Indonesia," jelas Ramdan.
Indonesia saat ini memiliki nilai cadangan devisa yang cukup besar, melampaui standar internasional. Per akhir Februari, posisi cadangan devisa RI mencapai US$ 154,5 miliar, setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Posisi cadev itu sudah tergerus US$ 1,6 miliar dibanding akhir Januari dan menjadi penurunan terbesar sejak April 2024.
Wanti-wanti BI
Langkah Bank Indonesia menempuh intervensi di pasar NDF di bursa mancanegara, sepertinya mulai berhasil membalikkan gerak rupiah offshore.
Setelah sempat ambles di level Rp17.348/US$ pagi tadi di tengah kejatuhan bursa saham di Asia, rupiah NDF di pasar luar negeri malam ini berbalik menguat untuk pertama kalinya, jelang pembukaan pasar Amerika.
Mengacu data realtime Bloomberg, pada pukul 19:43 WIB, rupiah NDF-1M bergerak ke level Rp16.970/US$, menguat 0,31% dibanding posisi penutupan pekan lalu.
Analis pasar menyoroti perubahan nada Bank Indonesia hari ini yang menjadi sinyal bagi pasar.
Dalam pernyataannya hari ini, BI menegaskan, bersiap melakukan intervensi secara agresif sejak awal pembukaan pasar baik esok Selasa.
Penekanan kata 'agresif' menjadi hal berbeda dari pernyataan-pernyataan BI sebelumnya yang biasanya mengatakan 'intervensi secara berani'.
"Pergeseran nada Bank Indonesia dari 'berani' menjadi 'agresif' patut untuk dicatat, dengan intervensi yang langka dilakukan di pasar NDF offshore," kata Wee Khoon Chong, Senior APAC Market Strategist di BNY, dilansir dari Bloomberg News.
Ia menambahkan, BI melempar sinyal pada para traders di pasar domestik agar tidak terlalu 'bearish' terhadap rupiah, juga bahwa BI akan memastikan likuiditas yang dibutuhkan.
-- update pada perkembangan rupiah offshore dan komentar analis.
(rui/dhf)