Namun meskipun dialog tersebut telah berlangsung, dan Pemerintah Modi telah memberikan sejumlah konsesi untuk menurunkan hambatan perdagangan, Trump pekan lalu tetap mengumumkan tarif sebesar 26% untuk barang impor dari India — salah satu tarif tertinggi yang dikenakan kepada negara dengan ekonomi besar.
Sikap menahan diri India ini cukup kontras dengan respons keras dari tetangganya, China, yang pada Jumat lalu mengumumkan tarif balasan sebesar 34% terhadap seluruh barang impor dari AS. Sementara itu di Asia Tenggara, negara-negara seperti Vietnam dan Kamboja juga memilih menjajaki kerja sama dengan Trump ketimbang mengambil tindakan balasan.
New Delhi disebut berencana mendorong tercapainya perjanjian dagang yang seimbang dan adil dengan AS, ungkap pejabat India tersebut. Semua opsi disebut masih terbuka untuk dinegosiasikan, baik terkait barang maupun jasa. Pemerintah juga tengah berkomunikasi dengan para eksportir untuk menilai dampak tarif ini dan bentuk dukungan yang dapat diberikan kepada pelaku usaha, tambahnya.
Sebelumnya, Bloomberg News melaporkan bahwa pejabat di New Delhi tengah mempertimbangkan pemangkasan bea masuk tambahan atas produk asal AS. Kementerian Perdagangan dan Industri India juga menyatakan bahwa mereka masih menjalin komunikasi dengan pemerintahan Trump dan berharap pembicaraan dagang dapat terus berlanjut dalam beberapa hari ke depan.
Indeks NSE Nifty 50 tercatat tampil lebih baik dibanding sebagian besar indeks saham utama Asia pekan lalu, karena dampak kebijakan tarif dinilai lebih ringan bagi India dibanding negara-negara lain.
(bbn)