Logo Bloomberg Technoz

Ekspor CPO RI Bakal Stagnan Gegara Tarif Trump, Malaysia Unggul

Dovana Hasiana
03 April 2025 14:40

Buah sawit atau CPO usai diambil dari perkebunan kelapa sawit. (Bloomberg)
Buah sawit atau CPO usai diambil dari perkebunan kelapa sawit. (Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menilai tarif perdagangan 32% - yang dikenakan Presiden Donald Trump ke Tanah Air - bakal menyebabkan stagnasi ekspor minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) ke Amerika Serikat. 

Ketua Umum Gapki Eddy Martono mengatakan importir dari AS berpotensi beralih ke Malaysia sebagai salah satu negara produsen CPO terbesar selain Indonesia. Hal ini terjadi karena tarif yang dikenakan oleh AS terhadap Malaysia hanya 24% atau lebih rendah dari Indonesia. 

"Kebijakan kenaikan tarif sebesar 32%, kemungkinan akan berpengaruh terhadap ekspor minyak sawit Indonesia ke AS. Pada 2024, ekspor minyak sawit ke AS sebesar 2,2 juta ton," ujar Eddy kepada Bloomberg Technoz, Kamis (3/4/2025).

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat negara tujuan utama ekspor CPO Indonesia adalah India, China, Pakistan dan AS pada 2023. 

Di sisi lain, Eddy mengatakan penerapan tarif akan merugikan konsumen AS sendiri karena terbebani dengan harga yang lebih mahal, baik dari Indonesia maupun Malaysia. Adapun, ekspor CPO  Indonesia ke AS terus meningkat dalam 5 tahun terakhir dari di bawah 1 juta ton hingga saat ini sudah melebihi 2 juta ton.