"Kita harus secara paralel mulai mengurangi ketergantungan impor dengan meningkatkan produksi pangan di dalam negeri. Banyak hal yang dapat dipelajari seperti bagaimana Brasil berhasil mengelola produksi Tebu sampai dengan gula mentah, serta mengembangkan industri daging sapi atau live cattle."
Dalam salah satu sesi pertemuan dengan Bapanas di Sao Paolo, CEO Enerfo Grup Chandy Kusuma menyampaikanpengembangan model komoditas yang terintegratif dari hulu hingga hilir adalah salah satu kunci untuk menjaga stabilitas ketersediaan dan stok pangan.
"Pengembangan model usaha untuk komoditas tebu, kedelai, dan jagung di Brasil dapat dijadikan model untuk diadaptasi di Indonesia dengan menyesuaikan budaya dan kebiasaan yang ada. Upaya ini perlu dilakukan untuk meningkatkan efisiensi produksi komoditas pertanian sehingga meningkatkan daya saing di dalam negeri," ujarnya.
Sekadar catatan, penggerak perekonomian Brasil masih berasal dari pertanian dan peternakan dengan nilai perdagangan lebih dari US$140 miliar pada 2022, atau sekitar 38% dari total produk domestik bruto (PDB) negara tersebut.
Salah satu komoditas agroindustri unggulan di Brasil adalah tebu. Produksi tebu di Brasil diprioritaskan untuk menghasilkan gula dan etanol dengan proporsi 43:57. Hal ini salah satunya didorong oleh kebijakan penggunaan etanol sebagai campuran bensin dengan proporsi mencapai 27%. Kebijakan pencampuran ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan impor bensin Brasil.
(rez/wdh)