Janice Kew -- Bloomberg News
Bloomberg, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO memprediksi peningkatan suhu atau cuaca panas dunia dapat memicu lebih dari 9 juta kematian per tahun, pada akhir abad ini.
Ironisnya, konsekuensi atau korban dari peningkatan suhu ini diprediksi juga berasal dari negara-negara di Benua Afrika, negara-negara miskin, dan negara-negara berkembang berbentuk kepulauan. Kelompok negara yang secara historis, berkontribusi paling kecil pada sumbangan emisi global.
WHO pun mengingatkan seluruh negara tentang kesepakatan pembangunan berkelanjutan yang diadopsi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada 2015. Para anggotanya telah sepakat akan bekerja sama mengakhiri kemiskinan, ketidaksetaraan, dan jaminan kehidupan sehat bagi kesejahteraan semua manusia.
"Semua aspek kesehatan dipengaruhi oleh perubahan iklim - mulai dari udara bersih, air dan tanah hingga sistem pangan dan mata pencaharian," kata WHO. "Penundaan lebih lanjut dalam menangani perubahan iklim akan meningkatkan risiko kesehatan, merusak perbaikan kesehatan global yang telah dilakukan selama beberapa dekade, dan bertentangan dengan komitmen bersama kita."
Menurut WHO, perubahan suhu dan pola hujan juga mendorong penularan sejumlah penyakit, terutama yang ditularkan nyamuk, kutu, dan hewan pengerat. Sejumlah penyakit dengan perantara hewan tersebut bisa menyebabkan kematian hingga 700 ribu orang per tahun.
Seluruh negara harus serius dalam penanganan perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan. Beberapa wilayah pun telah mengalami dampak awal mulai dari kekeringan, bencana alam seperti banjir, hingga konflik sosial. Beberapa lainnya harus mulai mengatasi wabah penyakit mulai dari Virus Marburg, Kolera, dan Polio.
--Dengan asistensi Kendra Pierre-Louis.
(bbn)