Logo Bloomberg Technoz

Di tengah berbagai rumor, Gedung Putih tetap bungkam soal detail kebijakan ini. Menteri Keuangan Scott Bessent menyatakan bahwa tarif ini akan menjadi batas atas, yang berarti negara-negara yang terdampak dapat mengambil langkah-langkah untuk menurunkan tarif yang dikenakan kepada mereka.

"Presiden selalu terbuka untuk negosiasi," ujar Juru Bicara Gedung Putih Karoline Leavitt pada Selasa. Ia menegaskan bahwa kebijakan tarif ini akan berlaku segera, tetapi Trump tetap siap untuk bernegosiasi setelahnya.

Meskipun acara pengumuman tarif ini telah dikemas sebagai perayaan bertajuk "Make America Wealthy Again", rincian kebijakan masih terus mengalami perubahan. Pejabat kabinet, anggota parlemen, serta pekerja dan eksekutif dari industri baja AS telah diundang untuk menghadiri acara tersebut.

Berbagai pendekatan masih dipertimbangkan. Jika menggunakan sistem tarif berjenjang, negara-negara yang dianggap sebagai "pelanggar terbesar" dalam perdagangan akan dikenakan tarif tertinggi, baik dalam bentuk bea masuk maupun hambatan non-tarif yang menghalangi impor AS. Negara-negara seperti Uni Eropa, Jepang, India, dan Kanada telah menjadi sorotan Gedung Putih dalam beberapa pekan terakhir.

Opsi lain adalah menerapkan tarif balasan yang lebih fleksibel, disesuaikan dengan kebijakan masing-masing negara. Namun, diskusi terbaru menunjukkan bahwa skema ini bukan lagi fokus utama. Alternatif lainnya adalah tarif global yang seragam untuk semua negara, sebagaimana proposal awal Trump, yang akan berlaku terhadap barang impor bernilai triliunan dolar AS. The Wall Street Journal melaporkan bahwa Trump juga sedang mempertimbangkan skema yang lebih terarah, dengan tarif di bawah 20% yang hanya diterapkan pada kelompok negara tertentu.

Leavitt menegaskan bahwa Trump sedang "memastikan kebijakan ini benar-benar sempurna bagi rakyat dan pekerja Amerika." Namun, apa pun skema yang akhirnya dipilih, tarif ini berpotensi berlaku luas, termasuk bagi negara-negara yang tidak memiliki defisit perdagangan dengan AS. Jika diterapkan, kebijakan ini bisa menjadi salah satu pajak impor terbesar dalam sejarah AS.

Selain itu, kebijakan ini dapat membuka ruang negosiasi baru dengan berbagai negara yang telah mulai berdiskusi dengan pemerintah AS sebelum pengumuman ini. Hal ini berarti bahwa dalam beberapa minggu atau bulan mendatang, tarif-tarif tersebut masih bisa mengalami penyesuaian lebih lanjut.

Meski Gedung Putih menyatakan bahwa tarif akan langsung berlaku, diperkirakan penerapannya baru dimulai pada Kamis (03/04/2025) pukul 00.01 waktu New York, bersamaan dengan berlakunya tarif baru untuk impor otomotif. Pemerintahan Trump sebelumnya sempat menunda penerapan beberapa tarif terhadap barang dari China, Meksiko, dan Kanada karena kendala logistik. Hal serupa bisa terjadi kembali kali ini.

Proses penyusunan kebijakan yang serba mendadak ini bukan hal baru bagi Trump, yang sebelumnya menerapkan pendekatan serupa dalam pengumuman tarif otomotif pekan lalu. Namun, langkah ini juga menunjukkan adanya perdebatan internal yang serius di Gedung Putih. Para analis ekonomi memperingatkan bahwa kebijakan tarif ini bisa meningkatkan risiko resesi di AS.

Ketidakpastian ini mengguncang pasar keuangan, mendorong ekonom untuk memangkas proyeksi pertumbuhan, dan memaksa bank sentral mempertimbangkan dampak inflasi akibat kenaikan biaya impor.

Trump menargetkan kenaikan pendapatan tarif sebesar US$700 miliar per tahun, menurut penasihat perdagangannya yang paling agresif, Peter Navarro. Namun, hingga kini, masih belum jelas bagaimana kebijakan ini akan berdampak pada tarif yang telah diberlakukan terhadap China, Kanada, dan Meksiko. Gedung Putih belum mengonfirmasi apakah tarif baru ini akan menggantikan tarif yang sudah ada atau akan menjadi tambahan kebijakan baru.

Trump juga menjanjikan tarif tambahan di sektor-sektor strategis seperti farmasi, semikonduktor, dan kayu, yang kemungkinan akan diumumkan dalam beberapa pekan mendatang.

(bbn)

No more pages