Dalam kunjungannya ke Filipina dan Jepang dalam beberapa hari terakhir, Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth berjanji akan memberikan sistem rudal, pasukan, dan sumber daya lain untuk menghadapi China. Ia juga menegaskan bahwa Washington akan menyediakan "penangkalan yang kredibel" di Indo-Pasifik, termasuk di Selat Taiwan.
Pernyataan Hegseth mendapat sambutan hangat di Taipei. Taiwan selama ini menyaksikan pemerintahan Trump mempertanyakan dukungan terhadap Ukraina sambil mempererat hubungan diplomatik dengan Rusia, negara yang menginvasi Kyiv. Presiden Donald Trump juga sempat menyatakan bahwa Taiwan harus membayar AS untuk perlindungan militer serta menuduhnya mencuri industri semikonduktor Amerika.
Latihan militer China ini terjadi setelah laporan Washington Post mengenai memo rahasia AS yang menguraikan strategi militer untuk mencegah serangan China ke Taiwan. Dokumen tersebut, yang ditandatangani oleh Hegseth, beredar di internal Pentagon. Namun, Bloomberg News belum dapat mengonfirmasi isi laporan tersebut.
Sejak Lai menjabat, China telah mengadakan beberapa latihan militer di dekat Taiwan. Beijing menganggap Taiwan—negara demokrasi dengan populasi 23 juta jiwa—sebagai bagian dari wilayahnya yang harus dibawa kembali ke kendali China, bahkan dengan kekuatan militer jika diperlukan.
China tidak menyukai kepemimpinan Lai, yang dianggap berupaya memperkuat kedaulatan Taiwan. Beijing juga geram dengan langkah-langkahnya dalam menghadapi agresi China, termasuk kebijakan untuk menekan infiltrasi Beijing ke dalam militer dan lembaga pemerintahan Taiwan.
Sebagai bentuk ketidaksenangan, kantor pemerintahan China yang menangani urusan Taiwan mengeluarkan pernyataan keras pada Selasa.
"Kami tidak akan pernah mentolerir ini, dan kami harus dengan tegas melawan serta memberikan hukuman berat," demikian pernyataan Kantor Urusan Taiwan China.
Sebelumnya, China telah memberi nama pada latihan militernya di sekitar Taiwan, seperti Joint Sword A dan Joint Sword B pada tahun lalu. Namun, belakangan ini mereka tidak lagi secara terbuka mengumumkan nama operasi.
Jack Chen, Direktur kelompok advokasi Formosa Defense Vision, menilai langkah ini bertujuan "untuk memperkuat kesan bahwa China bisa sewaktu-waktu mengubah latihan militer ini menjadi pertempuran nyata."
Untuk pertama kalinya, pada Selasa PLA menyiarkan langsung latihan militernya di media sosial China. Siaran ini menampilkan pembawa berita yang menjelaskan pergerakan militer dan rekaman yang tampaknya menunjukkan Pulau Kinmen, sebuah pos terdepan Taiwan yang terletak sangat dekat dengan pantai China.
(bbn)