Hilal adalah bulan sabit muda pertama yang dapat dilihat setelah terjadinya konjungsi pada arah dekat matahari terbenam. Hilal menjadi acuan permulaan bulan dalam tiap kalender Islam.
Pemerintah sendiri menggunakan metode hisab dan rukyat dalam menetapkan awal Syawal, termasuk Ramadan dan Zulhijah. Hal ini mengacu pada Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penetapan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah.
Rukyatul hilal atau pemantauan hilal Hari Raya Idul Fitri tahun ini digelar di 33 titik lokasi seluruh Indonesia. Lokasinya tersebar di seluruh provinsi di Indonesia kecuali Bali karena bertepatan dengan Hari Raya Nyepi.
Dirjen Bimas Islam Kemenag RI Abu Rokhmad sebelumnya menjelaskan, sidang isbat, yang di dalamnya rukyatul hilal, bukan sekadar aktivitas seremonial. Ini adalah bukti kecintaan pada ilmu pengetahuan astronomi dan dedikasi dalam membuktikan akurasi hisab.
"Ini bukan cuma soal melihat hilal, ini soal pembuktian. Kita ingin pastikan, hitungan hisab yang akurat hingga ke detik benar-benar sesuai dengan kenyataan. Di sini letak keindahannya, karena pergerakan benda langit itu dinamis," ujar Abu Rokhmad, Kamis (27/3/2025).
Ia menambahkan, meskipun hasil hisab menunjukkan hilal masih di bawah ufuk, proses rukyat tetap penting. Ini bukan soal repot atau tidak, melainkan wujud cinta pada ilmu astronomi dan bagian dari sunnah Rasulullah SAW.
"Ada yang bertanya, kenapa harus repot-repot kalau sudah jelas hasilnya? Justru di sini letak tantangannya. Ini bukan soal hasil semata, tapi soal proses, soal pembuktian ilmiah, dan soal syiar Islam," lanjutnya.
(ain)