Logo Bloomberg Technoz

Pada akhir penutupan pasar akhir pekan, BBRI berada di Rp4.050/saham naik 1,25% dibandingkan sebelumnya.

Dalam sepekan terakhir BBRI telah berbalik arah menjadi bullish 11,57%, namun belum mencapai level terbaiknya sepanjang tahun 2025 di Rp4.050/saham. Secara year-to-date/ytd saham BBRI masih mengalami pelemahan 3,8%.

Lo Kheng Hong Incar BMRI

Selain BBRI, Lo Kheng juga mengatakan tengah mengincar saham himpunan bank negara (Himbara) lain, yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI). Ketika ditanyai saham Himbara lain yang menjadi incaran, dia menjawab "BMRI". Saham Himbara lain selain BBRI dan BMRI ialan BBNI dan BBTN.

Menurut Lo Kheng Hong, tren penurunan IHSG yang terjadi belakangan ini justru menjadi peluang. Banyak perusahaan dengan fundamental baik dijual dengan valuasi murah. Lo Kheng Hong kerap menyebut perusahaan-perusahaan yang harga sahamnya tengah terdiskon itu dengan sebutan wonderful company.

“Dana asing kabur, harga saham blue chip turun banyak, artinya sedang terjadi hujan emas di Bursa Efek Indonesia. Ambillah ember yang besar untuk menampung hujan emas di sana,” kata Lo Kheng Hong.

Saat ditanya mengenai prospek IHSG tahun ini, ia tetap percaya diri. “Selalu optimis,” ujarnya singkat. 

Pekan lalu, IHSG sebelumnya sempat terperosok cukup dalam hingga menyentuh level terendahnya sejak pandemi Covid-19.  Bahkan, IHSG juga sempat turun 5% lebih dan mengakibatkan pembekuan sementara perdagangan atau trading halt oleh BEI, akibat ketidakpastian global hingga gejolak politik dalam negeri.

Namun pekan ini, IHSG memperlihatkan kenaikan kembali, dengan mengakumulasi kenaikan 4,03% sejak awal pekan hingga penutupan perdagangan sebelum libur panjang Lebaran, Kamis kemarin. Dalam sebulan terakhir, IHSG juga masih naik 2,33%, berdasarkan data BEI. Namun, sejak awal tahun atau ytd, IHSG masih melemah 8,20%.

(wep)

No more pages