Pada akhir tahun Goldman Sachs memperkirakan harga emas bisa menyentuh US$ 3.300/toy ons. Naik dibandingkan perkiraan sebelumnya yaitu US$ 3.100/troy ons.
Permintaan dari berbagai bank sentral masih menjadi salah satu faktor pengerek harga emas. Bank sentral diperkirakan memborong emas hingga 70 ton/bulan, naik dibandingkan perkiraan sebelumnya yaitu 50 ton/bulan.
“Bank-bank sentral, terutama di negara berkembang, menaikkan pembelian emas sekitar 5 kali lipat sejak 2022, karena pembekuan aset milik Rusia. Kami melihat ini sebagai perubahan struktural dalam pengelolaan devisa, dan kami tidak melihatnya akan berubah dalam waktu dekat,” sebut riset yang ditulis analis Lina Thomas dan Daan Struyven.
Analisis Teknikal
Lantas bagaimana dengan proyeksi harga emas untuk hari ini? Apakah rekor bisa pecah lagi?
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas nyaman bertengger di zona bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 71,21.
RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish. Namun hati-hati, karena RSI di atas 70 berarti sudah tergolong jenuh beli (overbought).
Sinyal overbought makin terasa dengan indikator Stochastic RSI yang sudah menyentuh 81,09. Sudah di atas 80, yang artinya jenuh beli.
Oleh karena itu, pelaku pasar perlu waspada dengan risiko penurunan harga emas. Maklum, harga sudah naik begitu tajam sehingga tentu perlu konsolidasi.
Cermati pivot point di US$ 3.044/troy ons. Sebab dari sini, harga emas berisiko menguji target support di kisaran US$ 3.033-3.032/troy ons.
Sedangkan target resisten terdekat adalah US$ 3.71/troy ons. Penembusan di titik ini berpotensi mengantar harga emas menuju US$ 3.079/troy ons.
(aji)