Potensi Monopoli dalam Sorotan Ketat
Rencana akuisisi GoTo oleh Grab, yang dilaporkan melibatkan pembelian seluruh saham dengan nilai 20% di atas harga pasar juga diperkirakan menghadapi pengawasan ketat dari regulator. Entitas gabungan ini akan menguasai hampir 70% pasar layanan on-demand di Asia Tenggara, menimbulkan kekhawatiran akan potensi monopoli.
Di samping itu, Naidu memperkirakan regulator akan sulit menyetujui merger atau akuisisi ini karena entitas gabungan akan menguasai sebagian besar pasar. Selain itu, integrasi operasi kedua perusahaan dapat menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat rasionalisasi tenaga kerja.
"Meskipun skala ekonomi yang lebih besar dapat mengurangi insentif dan meningkatkan biaya platform, hal ini akan menciptakan hambatan besar bagi pendatang baru," jelasnya.
Manajemen Grab menekankan bahwa setiap akuisisi harus meningkatkan skala ekonomi. Dengan demikian, akuisisi Gojek milik GoTo berpotensi memperkuat jaringan pengendara dan basis pengguna Grab, serta mendorong penjualan iklan bermargin tinggi. Ini akan membantu meningkatkan margin EBITDA segmen pengiriman menuju target jangka panjang di atas 3%.
Potensi PHK akibat Kesamaan Operasi
Sementara itu, kesamaan operasi Grab dan GoTo berpotensi memicu PHK sebagai bagian dari efisiensi biaya. Kedua aplikasi tersebut mencatat rata-rata 180 juta pengguna aktif bulanan pada kuartal keempat 2024. Contoh serupa terlihat dari integrasi TikTok Shop dan Tokopedia yang menyebabkan 450 PHK pada awal 2024.
Grab dan Gojek juga berpotensi mempertahankan duopoli dalam pasar layanan sesuai permintaan yang diproyeksikan mencapai US$60 miliar pada tahun 2030. Penetrasi daring yang masih rendah di Asia Tenggara, terutama di Filipina dan Indonesia, menawarkan peluang pertumbuhan yang besar.
GMV Layanan Sesuai Permintaan Bisa Mencapai US$60 Miliar
Pasar layanan sesuai permintaan di Asia Tenggara diperkirakan tumbuh 14% per tahun hingga 2027, mencapai nilai barang dagangan kotor sebesar US$60 miliar. Pertumbuhan ini didorong oleh penetrasi daring yang rendah dan investasi dalam layanan pengiriman makanan dan bahan pokok.
Meskipun menghadapi banyak pesaing, Grab dan Gojek diperkirakan akan mempertahankan sekitar 70% GMV mobilitas daring di kawasan ini. Grab memiliki jejak regional yang kuat sementara Gojek fokus pada pasar Indonesia.
Dengan demikian, potensi akuisisi Gojek oleh Grab bisa mengubah peta persaingan layanan on-demand di Asia Tenggara. Namun, tantangan regulasi, potensi monopoli, dan dampak sosial seperti PHK menjadi faktor yang perlu diperhitungkan. Terlebih pasar yang terus berkembang dengan penetrasi daring yang rendah tetap bisa menjadi peluang besar bagi pelaku industri.
(lav)