Logo Bloomberg Technoz

Industri kelapa sawit Indonesia dan Malaysia telah berkembang pesat selama beberapa dekade terakhir, yang sering kali mengorbankan sebagian besar hutan dan rimba asli. Keduanya kini menghasilkan sekitar 85% pasokan global minyak sayur yang paling banyak digunakan, yang dapat ditemukan dalam berbagai produk mulai dari cokelat hingga kosmetik dan biofuel.

Minyak kelapa sawit berasal dari Afrika, sehingga serangga Tanzania sangat cocok untuk peran tersebut, dan pelepasan serangga telah berhasil di masa lalu. Kumbang diperkenalkan selama tahun 1980-an ke perkebunan di Indonesia dan Malaysia, yang menyebabkan peningkatan signifikan dalam tingkat produksi.

“Kita membutuhkan batch serangga baru,” kata Dwi Asmono, kepala penelitian dan pengembangan di Gabungan Kelapa Sawit Indonesia (Gapki). 

Kelompok industri ini memimpin inisiatif ini dengan dukungan dari pemerintah dan produsen milik negara dan swasta.

“Ini akan seperti memiliki sekelompok pekerja bebas untuk menyerbuki bunga,” tambahnya. 

“Beberapa faktor yang perlu dipelajari sebelum dilepasliarkan secara luas adalah musuh, kawan, dan perilaku mereka di pagi, siang, dan malam hari.”

Sebuah tim peneliti Indonesia mengumpulkan sekitar 6.000 kumbang di Tanzania pada bulan Januari, yang akan dikirim ke laboratorium Sumatera Utara milik Lembaga Penelitian Kelapa Sawit Indonesia. Sebuah gugus tugas yang meliputi para ahli entomologi dan Komisi Keamanan Hayati akan mempelajari serangga dan interaksinya dengan spesies lokal sebelum dilepasliarkan di perkebunan.

Kumbang akan berkembang biak dalam jumlah besar di fasilitas tersebut sebelum diberikan kepada sekitar 20 perusahaan yang menjadi bagian dari inisiatif tersebut, menurut Asmono dari Gapki. Kementerian Pertanian akan memutuskan langkah selanjutnya termasuk potensi distribusi yang lebih luas setelah uji coba tersebut, tambahnya.

“Kami berharap ini dapat meningkatkan produksi minyak sawit nasional secara signifikan,” kata Dwi Sutoro, seorang direktur di PT Perkebunan Nusantara III (Persero), yang ikut serta dalam program tersebut.

Serangga tersebut berasal dari genus Elaeidobius kumbang penyerbuk kelapa sawit, yang berukuran sekitar atau sedikit lebih besar dari ukuran kepala peniti. Mereka memiliki kapasitas besar untuk memindahkan serbuk sari dan sangat spesifik terhadap inang pohon kelapa sawit.

Kumbang tersebut menawarkan solusi yang lebih cepat bagi petani untuk mengatasi masalah pasokan, tetapi mereka berisiko mengalihkan perhatian dari kebutuhan mendesak untuk mengganti perkebunan lama yang tidak lagi menghasilkan pada puncaknya. Pohon baru mulai berbuah pada usia tiga tahun, sedangkan serangga dapat menghasilkan tandan yang lebih besar dalam waktu 12 bulan.

(bbn)

No more pages