Logo Bloomberg Technoz

Pasar Gelisah Jelang Tarif Trump, Rupiah Mungkin Kembali Lemah

Tim Riset Bloomberg Technoz
27 March 2025 07:50

Karyawan menghitung uang rupiah di salah satu pusat penukaran uang di Jakarta, Rabu (11/10/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Karyawan menghitung uang rupiah di salah satu pusat penukaran uang di Jakarta, Rabu (11/10/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Penguatan rupiah dalam perdagangan kemarin di tengah reli harga saham yang berlanjut serta kebangkitan pasar surat utang, agaknya akan berumur pendek. 

Hari ini, hari terakhir perdagangan sebelum periode libur panjang perayaan Idulfitri dimulai, kemungkinan akan memberikan tantangan lagi pada rupiah. Ketidakpastian pasar global kembali meningkat mendekati tenggat waktu pemberlakuan kebijakan tarif impor Presiden AS Donald Trump pada awal bulan April.

Pengumuman terbaru dari Trump soal pengenaan tarif 25% pada semua mobil yang tidak diproduksi di AS berlaku mulai 2 April, membuat pasar kembali gelisah.

Meski, Trump mengatakan bahwa pengumuman tarif balasan terhadap semua negara pada 2 April nanti akan lebih rendah dari perkiraan pasar. Indeks dolar AS ditutup menguat 0,35% dan pagi ini melanjutkan penguatan dengan bergerak di kisaran 104,63.

Yield atau imbal hasil surat utang AS, US Treasury, meningkat di semua tenor di mana yield acuan 10Y saat ini ada di 4,34%. Indeks saham di Wall Street juga melemah di mana Nasdaq anjlok 2,04% dan S&P 500 turun 1,12%.