Logo Bloomberg Technoz

Joe Deaux, Josh Wingrove, James Attwood dan Jennifer A. Dlouhy - Bloomberg News

Bloomberg, Amerika Serikat berencana menerapkan tarif impor tembaga dalam beberapa pekan ke depan, lebih cepat dari tenggat keputusan yang seharusnya, menurut sumber yang mengetahui masalah ini.

Presiden AS Donald Trump pada Februari lalu telah menginstruksikan Departemen Perdagangan untuk menyelidiki kemungkinan penerapan tarif tembaga dan menyusun laporan dalam waktu 270 hari. Namun, menurut sumber yang enggan disebutkan namanya karena sifat diskusi yang bersifat rahasia, keputusan bisa dibuat lebih cepat dari yang diperkirakan.

Beberapa sumber menyebutkan bahwa penyelidikan ini tampaknya hanya bersifat formalitas, mengingat Trump telah berulang kali menyatakan niatnya untuk memberlakukan tarif tersebut.

Seorang pejabat yang terlibat dalam proses ini mengatakan bahwa pemerintahan Trump bergerak cepat dalam tinjauan ini, dan keputusan bisa diambil jauh sebelum tenggat 270 hari.

Gedung Putih menolak berkomentar terkait hal ini. Namun, pada Februari lalu, penasihat perdagangan Gedung Putih Peter Navarro menegaskan bahwa proses investigasi akan berlangsung dengan cepat.

"Anda akan melihat Menteri Perdagangan baru kami, Howard Lutnick, bergerak dalam apa yang saya sebut sebagai ‘Trump time’, yaitu secepat mungkin untuk menyelesaikan investigasi dan menyerahkannya ke meja presiden untuk kemungkinan tindakan," kata Navarro.

Trump mengancam akan menerapkan tarif hingga 25% pada semua impor tembaga. Langkah ini dapat mengguncang pasar global bagi salah satu logam paling vital di dunia, yang banyak digunakan dalam pipa dan kabel listrik.

Jika tarif ini diterapkan dengan cepat, ini akan sangat berbeda dengan investigasi yang mendahului penerapan tarif baja dan aluminium pada masa pemerintahan Trump sebelumnya, yang memakan waktu sekitar 10 bulan.

Indikasi pasar menunjukkan bahwa pedagang masih memperkirakan tarif baru ini baru akan diterapkan pada akhir tahun. Pada Selasa sore, kurva kontrak berjangka menunjukkan bahwa pedagang membayar premi 5% untuk pengiriman tembaga pada Desember, tetapi hampir tidak ada premi untuk pengiriman Mei.

Harga tembaga di New York sudah melonjak di atas harga patokan internasional sejak Trump mengisyaratkan kemungkinan tarif pada Januari lalu. Selisih harga antara pembelian tembaga di New York dan London mencetak rekor tertinggi minggu ini, mencapai lebih dari US$1.400 per ton.

Kesenjangan harga yang besar antara London dan New York telah mendorong pedagang global berbondong-bondong mengirim tembaga ke AS demi memanfaatkan keuntungan dari selisih harga tersebut. Hal ini menyebabkan kelangkaan tembaga di pasar global, terutama di China sebagai konsumen terbesar.

Dalam pidatonya di hadapan Kongres pada 5 Maret, Trump sempat menimbulkan kebingungan saat menyebut bahwa ia telah menerapkan tarif 25% pada aluminium, baja, kayu, dan tembaga—padahal investigasi tarif tembaga baru saja dimulai beberapa minggu sebelumnya.

Beberapa analis dari Goldman Sachs Group Inc dan Citigroup Inc dalam laporan kepada kliennya memperkirakan bahwa AS akan memberlakukan tarif 25% pada tembaga sebelum akhir tahun ini. Sementara itu, Trafigura, perusahaan perdagangan tembaga terbesar di dunia, memperkirakan harga tembaga bisa menembus US$12.000 per ton, naik dari sekitar US$10.000 saat ini.

(bbn)

No more pages