Pertumbuhan pengguna perusahaan juga melambat karena persaingan di pasar pemesanan kendaraan (ride-hailing) dan pengiriman makanan (delivery food) di Asia Tenggara semakin ketat. Para pesaing yang memikat pelanggan dengan promosi dan harga yang lebih rendah.
Grab juga lebih lambat dalam mengurangi beban dibandingkan dengan para pesaing regionalnya - ketika Sea Ltd (induk Shopee) dan GoTo Group memangkas ribuan pekerjaan tahun lalu, Grab menahan diri untuk tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal.
Setelah bertahun-tahun mengalami kerugian, Grab memprediksi titik impas yang telah disesuaikan (breakeven on an adjusted) akan dicapai pada kuartal terakhir tahun ini. Namun, secara laba bersih, perusahaan ini masih jauh dari profitabilitas.
Pada kuartal pertama, kerugian bersihnya menyempit menjadi US$244 juta dari US$423 juta pada tahun sebelumnya.
Seperti perusahaan sejenisnya, Grab berusaha meyakinkan para investor tentang prospek pendapatan jangka panjangnya bahkan ketika pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat, kenaikan biaya dan persaingan yang ketat membebani margin di pasar Asia Tenggara di mana konsumen memiliki daya beli yang terbatas. Sea pada hari Selasa melaporkan pendapatan yang meleset dari estimasi sementara kerugian bersih di GoTo Group Indonesia melebihi US$250 juta.
Kerugian Grab yang disesuaikan sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi pada kuartal pertama menyempit menjadi US$66 juta. Angka tersebut lebih kecil dibandingkan dengan perkiraan US$118 juta seperti disampaikan para analis.
Atas dasar itu, kerugian tahunan diperkirakan hanya sebesar US$195 juta, dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya sebesar US$275 juta, kata Grab.
Pendapatan kuartalan meningkat lebih dari dua kali lipat dan melampaui estimasi. Pendapatan dari segmen pengantaran Grab naik tiga kali lipat menjadi US$275 juta. Penjualan di segmen mobilitas naik 72% menjadi US$194 juta, sementara pendapatan dari unit layanan keuangan naik lebih dari tiga kali lipat menjadi US$38 juta.
"Peningkatan marjin EBITDA Grab selama lima kuartal berturut-turut menunjukkan bahwa Grab berada di jalur yang tepat untuk mencapai titik impas pada kuartal keempat. Pengurangan belanja insentif lebih lanjut, atau menargetkannya pada pembelanja aktif, akan meningkatkan pendapatan yang diperoleh per dolar dari nilai barang dagangan bruto (GMV) tanpa mengorbankan retensi pengguna, namun hal tersebut kemungkinan akan mengorbankan pertumbuhan GMV,” ujar Nathan Naidu, analis Bloomberg Intelligence.
(bbn)