Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Presiden AS Donald Trump dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk mengakui Krimea di Ukraina sebagai wilayah Rusia. Hal ini merupakan bagian dari perjanjian di masa depan untuk mengakhiri perang Moskow dengan Kyiv.

Dua narasumber yang mengetahui kabar tersebut mengatakan, ada kemungkinan AS mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk melakukan hal yang sama. Desakan semacam ini akan menyelaraskan pemerintahan Trump dengan posisi Presiden Rusia Vladimir Putin, yang sudah lama mengklaim Krimea sebagai wilayah negaranya.

Melansir Semafor, Selasa (25/3/2025), Trump belum secara resmi membuat keputusan apa pun, dan mungkin langkah-langkah terkait Krimea merupakan dua dari sekian banyak opsi yang sedang dipertimbangkan saat pemerintahannya mendorong untuk mengakhiri perang.

Gedung Putih menolak berkomentar. Dalam pernyataannya kepada Semafor usai berita ini terbit, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Brian Hughes mengatakan AS "tidak membuat komitmen semacam itu dan kami tidak akan menegosiasikan kesepakatan ini melalui media."

"Baru dua pekan lalu, Ukraina dan Rusia berselisih pendapat mengenai perjanjian gencatan senjata. Kini kami semakin dekat dengan kesepakatan berkat kepemimpinan Presiden Trump. Tujuannya tetap sama: menghentikan pembunuhan dan menemukan penyelesaian damai untuk konflik ini," jelas Hughes.

Desakan AS untuk secara resmi mengakui Krimea—yang diinvasi dan dianeksasi secara ilegal oleh Rusia dari Ukraina pada tahun 2014—sebagai bagian Rusia mungkin akan menuai penolakan keras dari Eropa dan juga Kyiv, di mana Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dengan tegas menolak konsesi teritorial.

AS, Ukraina, dan sebagian besar masyarakat internasional telah mengakui Krimea sebagai bagian dari Ukraina, terlepas dari pendudukan Rusia di semenanjung tersebut.

Pada saat yang sama, para pakar keamanan sangat ragu dengan kemampuan pasukan Ukraina untuk merebut kembali Krimea melalui cara-cara militer. Bahkan tahun lalu, Zelenskyy mengakui Krimea hanya bisa kembali ke Ukraina melalui diplomasi, sesuatu yang tidak mungkin disetujui Rusia.

Trump pertama kali melontarkan kemungkinan mengakui Krimea sebagai bagian Rusia beberapa tahun sebelum Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina. Saat mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2016—dan selanjutnya, selama masa jabatan pertamanya—Trump berulang kali mengatakan ia akan "mempertimbangkan" apakah AS akan tergerak untuk mengakuinya.

"Orang-orang Krimea, dari apa yang saya dengar, lebih suka bersama Rusia daripada berada di tempat asal mereka [Ukraina]," kata Trump dalam wawancara tahun 2018 dengan George Stephanopoulos dari ABC News. "Dan Anda juga harus mempertimbangkan hal itu."

Tanah Jarang Rusia

Ilustasi area deposito mineral tanah jarang (dok Bloomberg)

Bulan lalu, Rusia mengaku terbuka membuat kesepakatan ekonomi dengan AS, untuk mengembangkan logam tanah jarang milik Kremlin, yang disinyalir memang sudah diincar oleh Trump.

"Amerika membutuhkan logam tanah jarang. Kami memiliki banyak logam tersebut," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, seperti dilaporkan Reuters.

Trump sendiri telah berjanji bahwa "transaksi pembangunan ekonomi utama dengan Rusia" akan dilakukan.

Peskov mengatakan masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menormalisasi hubungan antara Moskow dan Washington sebelum menyepakati perjanjian ekonomi apa pun.

"Ketika tiba saatnya, katakanlah, kemauan politik, kami akan terbuka untuk ini [kerja sama logam tanah jarang]," tambah Peskov.

Tanah jarang merupakan sekelompok 17 logam yang digunakan untuk membuat magnet yang mengubah daya menjadi gerakan untuk kendaraan listrik, telepon seluler, sistem rudal, dan produk elektronik lainnya.

Rusia memiliki cadangan logam tanah jarang terbesar kelima di dunia, menurut data Survei Geologi AS, setelah China, Brasil, India, dan Australia.

(ros)

No more pages