Logo Bloomberg Technoz

Sawan dijadwalkan memaparkan rencananya kepada investor secara lebih terperinci di New York dalam waktu dekat.

"Kami ingin menjadi pemain gas dan LNG terintegrasi terkemuka di dunia," kata Sawan dalam pernyataan itu.

"Hari ini kami meningkatkan standar di seluruh target keuangan utama kami, berinvestasi di mana kami memiliki kekuatan kompetitif dan memberikan lebih banyak bagi para pemegang saham kami."

Saham Shell naik 1,1% menjadi 2.753,5 pence pada pukul 8:02 pagi hari ini dalam perdagangan di London.

Dalam paparannya, Shell juga menguraikan serangkaian langkah termasuk pengurangan biaya lebih lanjut, pengetatan pengeluaran, dan peninjauan ulang bisnis kimianya; termasuk eksplorasi peluang kemitraan di Amerika Serikat (AS) dan potensi penjualan aset atau penutupan pabrik di Eropa.

Rencana ini diharapkan membuat arus kas bebas Shell per saham akan tumbuh sekitar 10% per tahun hingga 2030, dan perusahaan akan mendistribusikan 40% hingga 50% arus kas dari operasi kepada pemegang saham, naik dari target sebelumnya sebesar 30% hingga 40%.

Peningkatan pembayaran telah menjadi bagian penting dari daya tarik industri bagi investor dalam beberapa tahun terakhir. Shell telah membeli kembali saham senilai US$3,5 miliar setiap kuartal dan meningkatkan dividennya sebesar 4% setiap tahun, mencapai 34,4 sen per saham pada kuartal IV-2024

Walakin, jumlah tersebut masih di bawah 47 sen per saham yang dibayarkan Shell pada akhir 2019, sebelum perusahaan memangkas dividennya pada 2020 karena harga energi anjlok selama pandemi Covid-19.

Meski begitu, sejauh ini investor menyukai apa yang mereka lihat dari Sawan, dengan saham perusahaan naik hampir 20% dalam dua tahun terakhir, dibandingkan dengan penurunan lebih dari 10% untuk sesama perusahaan besar yang berkantor pusat di London, BP Plc.

Shell bertaruh bahwa LNG akan memainkan peran penting dalam transisi ke energi rendah karbon, dengan permintaan global yang terus meningkat hingga dekade berikutnya.

Pada 2030, bisnis LNG Shell akan menjadi 20% hingga 30% lebih besar daripada 2022, tahun sebelum Sawan menjadi CEO.

Pertumbuhan tersebut berasal dari campuran produksi Shell sendiri, yang didukung oleh proyek-proyek seperti LNG Canada, dan perdagangan bahan bakar yang dibeli dari pihak lain, yang telah menjadi bisnis yang menguntungkan dalam beberapa tahun terakhir di tengah perubahan harga regional yang besar.

Shell berencana untuk meningkatkan produksi minyak bumi dan gas alam (migas) secara keseluruhan sebesar 1% per tahun hingga 2030, dengan produksi cairan stabil pada sekitar 1,4 juta barel per hari.

Target itu merefleksikan komitmen yang lebih kuat terhadap bahan bakar fosil setelah CEO mulai beralih dari energi terbarukan pada 2023.

Fokus Shell yang lebih besar pada gas alam daripada minyak berarti intensitas emisi karbon dari produk yang dijualnya akan menurun seiring waktu. Perusahaan mempertahankan target iklim yang ada.

(bbn)

No more pages