Logo Bloomberg Technoz

Direktur Eksekutif Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia Edi Susianto menilai pelemahan memang tengah melanda mata uang Asia terdorong kebangkitan lagi indeks dolar AS. "Ditambah dari pasar domestik juga ada genuine demand untuk kebutuhan repatriasi dan pembayaran lain. Kami masuk ke pasar dengan bold untuk menjaga keseimbangan supply demand valas di pasar," kata Edi.

Kekhawatiran fiskal

Namun, rupiah diduga bukan cuma tertekan faktor global. Faktor domestik juga menjadi penekan yakni kekhawatiran akan prospek fiskal ke depan di tengah tren penurunan pendapatan negara ketika kebijakan populis pemerintahan di bawah Presiden Prabowo Subianto menguras anggaran.

Lembaga pemeringkat global Moody's dan Fitch Ratings yang sudah merilis hasil evaluasi pemeringkatan, menyoroti perihal risiko fiskal tersebut.

Moody's mencatat, peringkat Baa2 untuk surat utang RI juga mempertimbangkan kelemahan dalam metrik fiskal Indonesia yang lebih luas. Secara khusus, keterjangkauan utang lemah karena basis pendapatan yang rendah tetapi masih dapat dikelola. 

Asumsi dasar yang digunakan oleh Moody's adalah bahwa disiplin fiskal akan terus berlanjut, mendukung stabilisasi beban utang di sekitar level saat ini.

Pergerakan rupiah spot, Selasa 25 Maret 2025, dibanding mata uang Asia lain (Riset Bloomberg Technoz)

Namun, keputusan pemerintah Indonesia untuk menunda kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%, kecuali untuk barang kecuali untuk barang mewah, menciptakan ketidakpastian tentang pertumbuhan pendapatan di masa mendatang meskipun ada upaya untuk meningkatkan kepatuhan dan tata kelola pajak.

"Efektivitas pemerintahan saat ini dan yang akan datang dalam meningkatkan basis pendapatan masih belum pasti," kata Martin Petch, VP-Senior Credit Officer dan Gene Fang, Associate Managing Director Moody's dalam laporan tinjauan berkala tertanggal 18 Maret 2025 tersebut.

"Kekhawatiran fiskal akan terus membebani rupiah bersamaan dengan periode musiman pembayaran dividen pada para investor asing. Kami perkirakan Bank Indonesia akan berupaya menangkis volatilitas rupiah yang eksesif sebelum tenggat tarif Trump pada 2 April," kata Moh Siong Sim, Strategist di Bank of Singapore, dilansir dari Bloomberg News.

Investor asing terindikasi telah melepas surat utang negara pada perdagangan Jumat, seperti data terakhir yang dilansir otoritas, senilai Rp3,52 triliun. Sedangkan di pasar saham, asing membukukan net sell selama 8 hari perdagangan beruntun. Sepanjang tahun ini, asing sudah net sell di saham senilai US$ 2,03 miliar atau lebih dari Rp33 triliun.

Arus jual di pasar surat utang berlanjut terindikasi dari kenaikan yield SUN pada Selasa 25 Maret 2025 (Riset Bloomberg Technoz)

Dalam perdagangan hari, tekanan jual di pasar surat utang masih berlanjut. Memantau data realtime OTC Bloomberg, yield tenor pendek 1Y naik 7,1 bps di level 6,667%. Sedangkan tenor 5Y naik 5,3 bps kini di 6,997%.

Tenor acuan 10Y juga naik 2,8 bps menyentuh 7,218%. Tenor 13Y bahkan naik imbal hasilnya hingga 9,5 bps di level 7,249%. SUN tenor 20Y naik 1,3 bps menyentuh 7,257%, yield tertinggi di antara tenor SUN lain.

Namun, beberapa tenor mencatat penurunan seperti tenor 2Y dan 3Y turun masing-masing 0,9 bps dan 0,2 bps. Lalu tenor 16Y turun 0,9 bps juga dan tenor 30Y turun 1,4 bps kini di 7,168%.

Efektivitas operasi moneter

Investor asing juga terindikasi tidak terlalu berminat pada instrumen operasi moneter tenor pendek yang khusus diciptakan BI untuk menarik hot money alias dana asing jangka pendek. Yakni, Sekuritas Rupiah (SRBI), lalu Sekuritas Valas (SVBI) juga Sukuk Valas (SuVBI).

Kepemilikan asing di SRBI berkurang (Riset Bloomberg Technoz)

Catatan Mega Capital, arus keluar modal asing dari tiga instrumen tersebut terus membesar. Total nilai dana asing yang keluar dari tiga alat operasi moneter yang memberi bunga tinggi itu secara agregat mencapai Rp3,41 triliun selama Maret sampai data 17 Maret lalu. Meski SRBI masih net inflows senilai Rp3,56 triliun, namun dari dua instrumen lainnya asing terus menjual senilai total Rp6,97 triliun.

"Berlanjutnya outflows dari instrumen moneter mengindikasikan tanda tanya besar terkait efektivitas strategi BI memakai instrumen tersebut untuk menstabilkan rupiah," kata tim analis Mega Capital. 

Minat asing yang memudar di tiga instrumen itu pada akhirnya mendorong BI makin agresif mengintervensi pasar SBN. Mengacu data Kementerian Keuangan, selama sebulan terakhir yaitu 18 Februari hingga 18 Maret, BI telah memborong SBN senilai Rp27,85 triliun. 

(rui)

No more pages