Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah dibuka melemah cukup dalam pada pembukaan pasar spot hari Selasa (25/3/2025), di tengah tekanan yang masih berlanjut di pasar surat utang negara pagi ini.

Rupiah spot dibuka melemah 0,32% di level Rp16.608/US$, menjadi mata uang Asia dengan pelemahan terdalam kedua di Asia setelah baht Thailand yang turun nilainya 0,52%.

Pada pukul 09:10 WIB, rupiah menembus Rp16.620/US$ atau melemah 0,39%. Level rupiah tersebut adalah yang terlemah setidaknya sejak era krisis moneter 1998 silam.

Pada saat krisis akibat pandemi 5 tahun lalu, level terlemah rupiah sudah di Rp16.575/US$. Sedangkan pada saat krisis moneter merungkadkan perekonomian, rupiah sempat menyentuh level penutupan terlemah di Rp16.650/US$ pada 17 Juni 1998.

Di pasar offshore, rupiah NonDeliverable Forward (NDF) diperdagangkan di level Rp16.667/US$ untuk kontrak 1 bulan.

Rupiah pagi ini menyentuh level terlemah sejak era krisis moneter tahun 1998 (Riset Bloomberg Technoz)

Di pasar spot valas Asia, ringgit juga melemah 0,08%, lalu won 0,07%, yuan offshore 0,05% dan yuan renminbi 0,03% bersama dolar Tawain dan peso Filipina dengan pelemahan sama. Hanya yen Jepang yang masih menguat di Asia pagi ini, tipis cuma 0,05%.

Mayoritas mata uang Asia melemah pagi ini sejurus dengan kebangkitan indeks dolar AS pasca sinyal yang cenderung hawkish dari pejabat Federal Reserve, bank sentral AS, tentang potensi pemotongan bunga acuan di sisa tahun ini.

Secara teknikal nilai rupiah telah mengonfirmasi bearish pattern dengan break support kuatnya kemarin dan kini telah menembus level support kedua Rp16.600/US$.

Selanjutnya, rupiah berpotensi lebih lanjut menuju level Rp16.700/US$ sebagai support paling terkuatnya di perdagangan ke depan.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Selasa 25 Maret 2025 (Riset Bloomberg Technoz)

Harga surat utang negara di pasar sekunder hari lanjut tertekan setelah gelombang jual juga melanda pasar surat utang AS. Yield di hampir semua tenor SUN mencatat kenaikan pagi ini. Di mana yield 1Y naik 2,8 basis poin menyentuh 6,624%. Tenor 5Y naik 1,3 bps di level 6,957%.

Selain itu, tenor 11Y juga naik 5,4 bps. Sedangkan tenor acuan 10Y kini di 7,192%.

Adapun tenor panjang di atas 15Y terindikasi banyak diminati menyusul yield yang sudah menarik. Tenor 30Y turun 2,3 bps kini di 7,159% Sedangkan tenor 20Y 0,6 bps di 7,238%. 

Adapun pasar saham menunjukkan optimisme terdorong sentimen positif global yang kemarin menghijaukan indeks saham di Wall Street, menyusul kelegaan tentang kebijakan tarif Presiden Donald Trump yang lebih fleksibel.

Gubernur The Fed Atlanta Raphael Bostic melempar sinyal cenderung hawkish. Ia kini melihat hanya akan ada satu kali lagi saja pemangkasan bunga acuan tahun ini, karena kenaikan tarif Trump diperkirakan akan menjegal kemajuan disinflasi di negeri itu.

"Saya pindah ke satu arah terutama karena inflasi akan sangat tidak stabil dan tidak akan bergerak secara dramatis serta jelas menuju target 2%. Karena itu sedang ditunda, saya pikir jalur kebijakan yang tepat juga harus ditunda," kata Bostic dalam wawancara dengan Bloomberg TV.

Dalam dot plot terakhir yang dilansir, konsensus para pejabat The Fed mendukung pemangkasan bunga acuan sebesar 50 basis poin tahun ini. Ketidakpastian yang disebabkan oleh kebijakan Trump yang berubah-ubah membuat perkiraan ekonomi jadi lebih sulit.

Kemarin, aktivitas manufaktur AS dilaporkan jatuh ke zona kontraksi, yaitu 49,8, terbebani kenaikan biaya material akibat tarif Trump ketika prospek sektor jasa juga memburuk.

Meski ada peningkatan produksi di antara penyedia jasa, sebagian karena permintaan lebih kuat, sentimen tentang prospek pada tahun mendatang merosot ke level terendah kedua sejak 2022.

Sinyal hawkish The Fed membuat indeks dolar AS kembali menguat dan menekan harga aset safe haven lain seperti emas.

Selain itu, yield US Treasury, surat utang Pemerintah AS, juga merangkak naik. Imbal hasil UST-10Y naik 9 basis poin menyentuh 4,33%. Sementara tenor pendek yang sensitif dengan kebijakan bunga acuan, naik 8,6 basis poin kini di 4,035%. 

(rui)

No more pages