Logo Bloomberg Technoz

Dalam diskusi dengan jurnalis Bloomberg setelah wawancara televisinya, Bostic menekankan bahwa ketidakpastian akibat kebijakan Presiden AS Donald Trump yang kerap berubah membuat proyeksi ekonomi semakin sulit.

Meski demikian, ia kini memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS akan mencapai 1,8% tahun ini, turun dari 2,1% yang diproyeksikan pada Desember. Ia juga memperkirakan tingkat pengangguran akan berada di kisaran 4,2% hingga 4,3% pada akhir tahun, yang menurutnya masih "cukup kuat dibandingkan standar historis."

Bostic menambahkan bahwa peningkatan tarif dapat meningkatkan risiko inflasi, sementara penurunan kepercayaan konsumen atau lonjakan PHK bisa menambah risiko terhadap pasar tenaga kerja. Namun, ia tetap menunggu implementasi kebijakan sebelum menyesuaikan proyeksi lebih lanjut.

"Dengan kebijakan yang berubah begitu cepat dari minggu ke minggu dan bulan ke bulan, sangat sulit bagi saya untuk membuat proyeksi yang pasti sebelum kebijakan benar-benar diterapkan," ujarnya.

Debat Sementara

Gubernur bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, pekan lalu menegaskan bahwa para pejabat tidak terburu-buru untuk menyesuaikan suku bunga, seraya menyatakan bahwa ekonomi AS tetap kuat meski keyakinan konsumen melemah.

Powell juga memperkirakan dampak inflasi dari tarif perdagangan hanya bersifat sementara. Ia mengisyaratkan bahwa The Fed dapat mengabaikan efek harga dari tarif tersebut dan menurunkan suku bunga jika pasar tenaga kerja melemah secara signifikan—dengan syarat ekspektasi inflasi jangka panjang tetap stabil.

Namun, penggunaan istilah "sementara" oleh Powell mengejutkan banyak pengamat The Fed. Istilah ini sebelumnya digunakan oleh bank sentral sepanjang 2021 untuk menggambarkan dampak pandemi terhadap inflasi, tetapi pada akhirnya terbukti keliru.

Bostic sendiri menolak menggunakan istilah tersebut. "Saya tidak akan mengatakannya. Tidak," ujarnya.

Meskipun tarif biasanya hanya berdampak satu kali terhadap harga, Bostic mengatakan bahwa lonjakan inflasi belakangan ini bisa menyebabkan dampak yang lebih berkelanjutan.

"Kita baru saja melalui periode inflasi tinggi, dan ini masih sangat membekas di benak konsumen," katanya. "Saya khawatir mereka akan lebih sensitif terhadap kenaikan harga dibanding sebelumnya. Tapi kita lihat saja nanti bagaimana dampaknya."

Bostic juga menegaskan bahwa ia lebih memilih mempertahankan suku bunga saat ini, meskipun itu berarti The Fed mungkin harus bertindak lebih agresif di kemudian hari. Menurutnya, dalam kondisi ketidakpastian seperti saat ini, lebih baik menahan diri daripada mengambil langkah yang salah dan harus berbalik arah nantinya.

Independensi The Fed

Dalam pertemuan pekan lalu, The Fed juga mengumumkan akan memperlambat laju pelepasan obligasi Treasury yang dimiliki bank sentral. Bostic mengatakan bahwa ia lebih memilih mempertahankan kecepatan saat ini hingga tiba waktunya untuk menghentikan program tersebut sepenuhnya.

Ia juga membuka kemungkinan untuk menjual kepemilikan sekuritas berbasis KPR The Fed secara langsung, selama tidak mengganggu pasar hipotek atau pasar uang secara luas.

Selain itu, Bostic mengungkapkan kekhawatirannya bahwa tugas The Fed akan menjadi lebih sulit jika pengadilan AS memberikan presiden wewenang untuk memecat para gubernur bank sentral.

Pemerintahan Trump saat ini tengah menghadapi gugatan terkait pemecatan dua komisaris Demokrat di Komisi Perdagangan Federal (FTC). Kasus ini dianggap sebagai tantangan paling serius terhadap keputusan Mahkamah Agung 1935 yang memperkuat independensi lembaga-lembaga pemerintah AS, termasuk The Fed.

"Jika itu terjadi, pekerjaan ini akan menjadi jauh lebih sulit, karena tekanan yang kami hadapi akan semakin besar di setiap periode waktu," kata Bostic. "Bukan berarti mustahil, hanya saja akan jauh lebih berat."

(bbn)

No more pages