Logo Bloomberg Technoz

"Saham tampaknya akan terus menguat dari posisi jenuh jual, dan setiap pengurangan dampak tarif akan menjadi katalis positif bagi pasar," ujar Ivan Feinseth dari Tigress Financial Partners. "Saya percaya koreksi pasar terburuk telah berlalu, meskipun kita masih akan melihat volatilitas di awal bulan depan bergantung pada kebijakan tarif Trump."

Indeks S&P 500 naik 1,8%, Dow Jones Industrial Average menguat 1,4%, sementara indeks Magnificent Seven melonjak 3,4%. Sektor semikonduktor juga mengalami kenaikan signifikan sebesar 3%.

Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun naik sembilan basis poin menjadi 4,33%. Sementara itu, harga minyak mentah meningkat setelah Trump menyatakan akan mengenakan tarif 25% terhadap negara-negara yang membeli minyak dan gas dari Venezuela.

Indeks S&P 500. (Sumber: Bloomberg)

“Kami sudah memperkirakan puncak ketidakpastian dalam kebijakan tarif AS terjadi pekan lalu,” ujar Thierry Wizman dari Macquarie. “Perkembangan terbaru tampaknya mengonfirmasi bahwa kebijakan tarif akan lebih terstruktur, diikuti dengan negosiasi dan kemungkinan konsesi.”

Trump menyebut pengumuman tarif pada 2 April mendatang sebagai “Hari Pembebasan”, yang menandai era baru proteksionisme sebagai balasan terhadap mitra dagang yang dituduhnya “merugikan” AS. Negara-negara yang terdampak kebijakan ini tengah berupaya mengamankan pertemuan dengan pejabat pemerintahan Trump guna merundingkan pengecualian tarif.

Sejumlah bank sentral dan menteri keuangan di berbagai negara menyuarakan kekhawatiran bahwa perang dagang global dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan mendorong inflasi. Kombinasi kedua faktor ini dapat menyulitkan penyesuaian kebijakan suku bunga.

“Ya, tarif memang berdampak negatif pada ekonomi dengan memperumit keputusan investasi modal,” ujar Scott Wren dari Wells Fargo Investment Institute. “Namun, untuk saat ini, dampaknya lebih terlihat pada kenaikan harga, yang menurut kami masih bersifat bertahap dan tidak terlalu signifikan. Ekonomi AS memang mengalami perlambatan dibanding tahun 2024, tetapi kami melihatnya sebagai perlambatan yang lebih berkelanjutan.”

Di Asia, bank sentral China atau People’s Bank of China (PBOC) memperkenalkan metode baru dalam menentukan harga pinjaman satu tahun bagi perbankan, sebagai bagian dari upaya reformasi kebijakan moneter. Dengan kebijakan baru ini, bank-bank akan dapat mengajukan penawaran dengan tingkat harga berbeda untuk fasilitas pinjaman jangka menengah.

Sementara itu, Menteri Keuangan Australia, Jim Chalmers, dijadwalkan mengumumkan anggaran negara pada hari Selasa. Para ekonom memperkirakan anggaran ini akan mencatat defisit kas sekitar A$40 miliar dalam 12 bulan hingga Juni 2026, sedikit lebih baik dari prediksi sebelumnya sebesar A$46,9 miliar dalam tinjauan pertengahan tahun Desember lalu.

Di tengah ketidakpastian global, sejumlah analis dari JPMorgan Chase & Co, Morgan Stanley, dan Evercore ISI optimistis bahwa periode pelemahan pasar telah berakhir. Mereka mendasarkan optimisme ini pada sentimen investor, pola investasi, serta faktor musiman yang menguntungkan.

“Penurunan pasar saham AS telah sedikit mengurangi dominasinya atas pasar global,” ujar tim strategi BlackRock Investment Institute yang dipimpin oleh Jean Boivin dan Wei Li. “Namun, kami tetap merekomendasikan portofolio berbasis saham AS dan melihat peluang besar di pasar global.”

(bbn)

No more pages