Minat Beli TikTok AS, Sejauh Apa Keseriusan Perplexity?
Pramesti Regita Cindy
24 March 2025 15:00

Bloomberg Technoz, Jakarta - Startup pencarian AI, Perplexity, mengejutkan publik dengan mengajukan tawaran untuk mengakuisisi dan mentransformasi TikTok, berdasarkan postingan blog perusahaan akhir pekan lalu. Langkah ini menimbulkan pertanyaan mengenai sejauh mana keseriusan Perplexity dalam mengakuisisi salah satu platform media sosial terbesar di dunia.
Dalam pernyataannya, Perplexity mengklaim memiliki posisi unik untuk membangun kembali algoritma TikTok tanpa menciptakan monopoli. Sesuatu yang mereka sebut sebagai keunggulan dibandingkan akuisisi potensial oleh pesaing besar atau konsorsium investor yang mungkin mempertahankan pengaruh ByteDance.
Rencana ambisius mereka Perplexity meliputi:
- Membangun kembali algoritma TikTok di pusat data Amerika dengan pengawasan penuh dari Amerika Serikat (AS).
- Sistem rekomendasi yang transparan dan bersumber terbuka.
- Peningkatan infrastruktur AI menggunakan teknologi Nvidia Dynamo.
- Menambahkan kemampuan kutipan ke video, mirip dengan fitur Perplexity yang sudah ada.
- Integrasi kemampuan pencarian dengan perpustakaan video TikTok.
- Meningkatkan personalisasi melalui koneksi akun Perplexity dan TikTok untuk menampilkan konten yang lebih relevan.
- Kemampuan multibahasa melalui terjemahan otomatis.
Namun, ByteDance, pemilik TikTok yang berbasis di Chuna, masih enggan menjual operasi mereka di Amerika. Penolakan ini telah memicu berbagai kontroversi, terutama setelah Mahkamah Agung AS memutuskan bahwa negara tersebut dapat melarang aplikasi media sosial tersebut pada Januari lalu.
Akibat putusan ini, TikTok sempat tidak dapat diakses selama 14 jam. Presiden Donald Trump kemudian menandatangani perintah eksekutif yang menunda larangan tersebut selama 75 hari hingga 5 April.
Rekam Jejak Perplexity
Didirikan pada tahun 2022, Perplexity dikenal dengan aksi-aksi unik yang sering menjadi sorotan publik. Baru-baru ini, mereka menayangkan iklan yang menampilkan aktor Squid Game, Lee Jung-Jae, yang mengejek kekeliruan Google dalam AI Overviews.