Rupiah makin tidak memiliki daya dukung dengan tekanan jual yang makin besar di pasar saat ini. Kurs dolar AS di pasar spot sudah menyentuh Rp16.557/US$, sedikit lagi menjebol level support kuat di Rp16.600/US$.
Secara teknikal, mencermati tren perdagangan sepekan ke depan, selama nilai rupiah bertengger di atas Rp16.600/US$ usai tertekan pelemahan, maka masih ada potensi untuk lanjut melemah hingga Rp16.700/US$ hingga Rp16.800/US$.
Risiko investasi melejit
Tekanan jual asing masih membesar di pasar saham, dipicu terutama oleh faktor domestik terkait ketidakpastian kebijakan ekonomi Presiden Prabowo Subianto, ditambah kenaikan tensi politik pasca beleid kontroversial yang mengatur perluasan peran militer di ranah sipil menuai protes keras dari masyarakat.
Premi Credit Default Swap (CDS) tenor 5 tahun kini sudah di kisaran 92, mencerminkan kenaikan lebih dari 17% selama Maret, kenaikan bulanan terbesar sejak September 2022.
Tekanan yang dialami oleh pasar keuangan Indonesia hari ini bukan hanya karena sentimen pasar global yang tengah memburuk sejurus dengan kekhawatiran situasi di Turki, kenaikan tensi konflik di Gaza, juga kian dekatnya tenggat waktu penerapan kebijakan tarif impor Amerika Serikat pada 2 April nanti.
Faktor domestik juga membuat para investor makin kehilangan pegangan. "Investor pada umumnya merasa tidak yakin tentang arah kebijakan ekonomi di bawah Presiden Prabowo," kata Kok Hoong Wong, Head of Institutional Equities Sales Trading di Maybank Securities, dilansir dari Bloomberg News.
(red)