“Saya menyerukan penghentian senjata segera; serta keberanian untuk melanjutkan dialog, agar semua sandera dapat dibebaskan dan gencatan senjata final dapat dicapai.”
Ia melanjutkan dengan menyoroti situasi kemanusiaan yang “sangat serius” di Jalur Gaza, serta memperingatkan bahwa diperlukan komitmen mendesak dari pihak-pihak yang bertikai dan komunitas internasional.
Tidak lupa, Paus Fransiskus mengungkapkan rasa syukurnya atas langkah-langkah yang diambil menuju perdamaian di Kaukasus Selatan, di mana Armenia dan Azerbaijan semakin mendekati perjanjian damai final.
“Semoga ini menjadi tanda harapan,” doanya, “agar konflik lainnya juga dapat menemukan jalan menuju penyelesaian melalui dialog dan niat baik.”
Paus yang berusia 88 tahun itu kemudian keluar dari Rumah Sakit Gemelli di Roma. Mobilnya sempat berhenti sejenak di Basilika Santa Maria Mayor dalam perjalanan menuju kediamannya di Vatikan, tempat ia akan menjalani pemulihan selama dua bulan ke depan.
Fransiskus dirawat di rumah sakit pada 14 Februari karena masalah kesehatan yang kompleks, yang kemudian berkembang menjadi pneumonia bilateral yang mengancam jiwa serta infeksi pernapasan polimikrobial.
Lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio di Buenos Aires, ia telah menjadi pemimpin spiritual umat Katolik di seluruh dunia sejak 2013.
(spt)