China, produsen batu bara terbesar di dunia, diperkirakan memproduksi 4,82 miliar ton energi fosil ini pada 2025. Jika terwujud, maka itu adalah rekor tertinggi sepanjang masa.
Sementara Indonesia, eksportir batu bara nomor 1 dunia, memproduksi 836 juta ton pada 2024. Lebih tinggi 18% dari target dan menjadi yang terbanyak sepanjang sejarah.

Analisis Teknikal
Setelah terkoreksi pekan lalu, bagaimana proyeksi harga batu bara untuk minggu ini? Apakah bisa bangkit atau malah makin terjepit?
Secara teknikal dengan perspektif mingguan (weekly time frame), batu bara terjebak di zona bearish. Terbukti dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 19,27.
RSI di bawah 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bearish. Bahkan kalau sudah di bawah 30 maka artinya jenuh jual (oversold).
Hawa oversold makin terasa dengan indikator Stochastic RSI yang sudah menyentuh 0. Paling kecil, sangat jenuh jual.
Dengan demikian, sejatinya harga batu bara berpotensi bangkit. Target resisten terdekat ada di US$ 101/ton yang menjadi Moving Average (MA) 5. Jika tertembus, maka ada potensi menguji MA-10 di US$ 106/ton.
Sedangkan ruang koreksi sepertinya sudah makin terbatas. Target support rasanya ada di rentang US$ 95-94/ton.
(aji)