Logo Bloomberg Technoz

Rita Nazareth-Bloomberg News

Bloomberg, Wall Street menguat tipis pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (21/3/2025).

Indeks Dow Jones menguat 32,03 poin atau setara 0,08% ke level 41.985. Penguatan dengan persentase yang sama juga terjadi pada indeks S&P 500, yang naik ke level 5.667,56.

Sementara, indeks yang didominasi oleh saham teknologi, Nasdaq 100, naik 0,52% ke level 17.784,05.

Bursa saham AS telah kehilangan triliunan dolar kapitalisasi pasarnya sebulan terakhir. Ini imbas kekhawatiran atas perlambatan ekonomi, dampak perang tarif, risiko geopolitik, dan pertanyaan tentang valuasi teknologi yang tinggi telah membuat investor gelisah.

Periode volatilitas yang melanda Wall Street sepanjang tahun ini kemungkinan masih akan berlanjut, setidaknya hingga paruh kedua tahun ini, menurut Michael Wilson dari Morgan Stanley.

“Tebakan terbaik saya adalah, pemulihan akan terjadi secara bergulir,” kata Wilson minggu ini dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg Television. “Kami pikir level tertinggi baru mungkin tidak mungkin terjadi pada paruh pertama tahun ini.”

Sejumlah fund manager, yang lebih melihaat tren pergerakan harga saham ketimbang fundamental, telah memangkas eksposur mereka di konstituen S&P 500 hingga ke level terendah sejak 2023, berdasarkan data Goldman Sachs.

Sementara, berdasarkan data JPMorgan Chase & Co, investor individu telah mengalirkan dana hingga US$12 miliar ke bursa saham pada pekan yang berakhir pada 19 Maret.

Pelaku pasar mencermati investor individu, karena mereka sering kali menjadi yang terakhir memangkas eksposur mereka ke saham, dengan gelombang pembelian agresif terbaru yang berpotensi menunjukkan bahwa ekuitas belum menemukan titik terendah.

Investor mengabaikan risiko yang akan ditimbulkan perang dagang terhadap saham karena aliran modal besar terus mengalir ke pasar ekuitas global, kata Michael Hartnett dari Bank of America Corp.

Fakta bahwa aliran masuk ke saham telah mencapai puncaknya tahun ini dan bahwa indeks di Jerman serta Tiongkok, dua eksportir utama ke AS, telah menguat sejak terpilihnya Donald Trump menunjukkan investor skeptis bahwa tarif AS akan menyebabkan resesi.

(bbn)

No more pages