Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg News

Bloomberg, Perdana Menteri (PM) China Li Qiang mengatakan negaranya siap melawan "guncangan yang melampaui ekspektasi" saat dunia bersiap menghadapi Presiden AS Donald Trump yang akan mengumumkan lebih banyak tarif pada mitra dagangnya bulan depan.

Negara-negara harus membuka pasar dalam menghadapi fragmentasi ekonomi yang semakin besar. Hal ini disampaikan Li dalam pertemuan para pemimpin bisnis global dan Senator Partai Republik Steve Daines yang sedang berkunjung pada awal Forum Pembangunan China di Beijing hari ini, Minggu (23/3/2025).

"Ketidakstabilan dan ketidakpastian sedang meningkat," kata Li. "Saat ini, saya pikir lebih penting bagi setiap negara kita untuk membuka pasar lebih banyak, dan bagi semua bisnis kita untuk lebih banyak berbagi sumber daya."

Para eksekutif tinggi, termasuk Tim Cook dari Apple Inc, Cristiano Amon dari Qualcomm Inc, Albert Bourla dari Pfizer Inc, dan Amin Nasser dari Saudi Aramco akan menghadiri konferensi yang berlangsung selama dua hari ini.

Perdana Menteri China, Li Qiang./Bloomberg-Liesa Johannssen-Koppitz

Bloomberg News sebelumnya melaporkan sejumlah rencana sedang disusun agar para raksasa perusahaan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping pada 28 Maret, mengutip narasumber yang mengetahui masalah ini.

Daines, anggota Komite Hubungan Luar Negeri, bertemu dengan Wakil PM He Lifeng pada Sabtu (22/3/2025), pertemuan publik yang jarang terjadi antara pejabat AS dan China sejak Trump kembali ke Gedung Putih. Senator dan Li dijadwalkan bertemu pada Minggu.

PM Li juga menegaskan kembali janji bank sentral bahwa para pembuat kebijakan akan memangkas suku bunga dan rasio cadangan wajib "tepat waktu," dan berjanji akan menawarkan lebih banyak dukungan jika diperlukan untuk memastikan ekonomi berjalan lancar.

Pernyataan Li ini muncul saat China memperbarui upaya untuk menarik perusahaan-perusahaan asing setelah investasi masuk tahun lalu jatuh ke level terendah dalam lebih dari tiga dekade terakhir.

Perlambatan pertumbuhan dan meningkatnya perang dagang telah merusak daya tarik investasi di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini. Dalam beberapa hari ke depan, AS akan menyelesaikan tinjauan kepatuhan Beijing terhadap kesepakatan perdagangan tahap pertama yang dicapai pada masa jabatan pertama Trump dan memberlakukan bea masuk resiprokal yang luas secara global.

Para pejabat China berusaha memanfaatkan momentum di sektor swasta yang didorong oleh startup kecerdasan buatan DeepSeek, dan menggambarkan Beijing sebagai kekuatan untuk stabilitas global. China baru-baru ini meluncurkan rencana aksi konsumsi guna melindungi ekonomi dari risiko-risiko eksternal.

Pihak berwenang telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi yang ambisius sekitar 5% untuk tahun 2025 dan membawa target defisit fiskal China ke level tertinggi dalam lebih dari tiga dekade terakhir.

Namun, jika perang dagang dengan AS meningkat, para ekonom mengatakan China perlu mengeluarkan stimulus substansial untuk memenuhi target pertumbuhannya tahun ini.

Arus keluar investasi dari China melonjak. (Bloomberg)

Sebagai pendahuluan dari gangguan yang meluas pada perdagangan global, pembelian kapas, mobil bermesin besar, dan beberapa produk energi dari AS oleh China, semuanya anjlok dalam dua bulan pertama tahun ini. Semua barang ini terkena tarif balasan dari China sebagai respons atas kebijakan perdagangan Trump.

Forum Pembangunan China dimulai pada tahun 2000 dengan dukungan PM saat itu, Zhu Rongji, yang berfungsi sebagai platform untuk dialog tingkat tinggi antara China dan dunia.

Pada sebagian besar tahun, pidato utama disampaikan oleh wakil perdana menteri, dan perdana menteri akan mengadakan pertemuan tertutup dengan para eksekutif. Namun, tahun lalu PM Li berpidato di forum ini, sedangkan Xi bertemu dengan sejumlah pimpinan bisnis Amerika setelah acara tersebut karena Beijing berusaha melawan narasi pesimis tentang ekonominya.

(bbn)

No more pages