Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Katz memerintahkan gelombang serangan kedua terhadap target-target Hizbullah pada Sabtu malam. IDF mengonfirmasi beberapa menit kemudian bahwa jet-jet tempurnya saat ini sedang menyerang target-target Lebanon.
"Hizbullah menyangkal terlibat dalam penembakan roket dari Lebanon selatan," kata kelompok itu dalam pernyataannya di Telegram, menyebut tuduhan Israel sebagai "dalih" untuk melanjutkan serangan.
⭕️The IDF struck dozens of Hezbollah rocket launchers and a command center from which Hezbollah terrorists were operating in southern Lebanon a short while ago.
— Israel Defense Forces (@IDF) March 22, 2025
The rocket fire launched this morning toward the Galilee constitutes a blatant violation of the understandings… pic.twitter.com/jRqphttiXT
Israel dan Hizbullah memulai gencatan senjata pada akhir November, mengakhiri perang yang telah berlangsung selama setahun.
Gencatan senjata tersebut sebagian besar telah dilaksanakan, meski Lebanon dan Israel menuduh satu sama lain telah melanggar ketentuan. Sirene serangan udara berbunyi di wilayah tersebut pada Sabtu untuk pertama kalinya sejak gencatan senjata tercapai.
"Pemerintah Lebanon memikul tanggung jawab atas setiap tembakan dari wilayahnya," kata Katz dalam pernyataannya. "Kami tidak akan membiarkan kenyataan penembakan dari Lebanon terhadap komunitas Galilea."
Dalam pernyataannya, Perdana Menteri Lebanon Nawaf Salam memperingatkan bahwa ia menentang operasi baru di perbatasan selatan.
Sementara itu, Presiden Lebanon Joseph Aoun mengutuk upaya menyeret Lebanon kembali ke dalam siklus kekerasan setelah berbulan-bulan relatif tenang.
Tentara Lebanon mengatakan telah menemukan dan membongkar "tiga peluncur roket primitif" di wilayah selatan negara itu. UNIFIL, pasukan sementara PBB di Lebanon, mengatakan mereka khawatir akan kemungkinan meningkatnya kekerasan.
"Situasinya masih sangat rapuh, dan kami mendorong kedua belah pihak untuk menjunjung tinggi komitmen mereka," kata UNIFIL dalam pernyataannya.
(bbn)