Terutama, bagi pemudik yang akan menyebrang menggunakan kapal laut di perairan Selat Sunda, Selat Lombok, Laut Jawa, dan perairan sekitar Nusa Tenggara. Sebab, terdapat potensi gelombang tinggi dan angin kencang yang terjadi pada wilayah tersebut.
“Oleh karena itu, kami mengimbau pemudik untuk terus berkoordinasi dengan pihak maskapai, operator pelabuhan, dan BMKG guna mendapatkan informasi terkini mengenai kondisi cuaca di rute perjalanan mereka,” kata Guswanto.
Sementara itu, Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani menegaskan bahwa faktor lain seperti anomali suhu muka laut yang lebih hangat di sekitar perairan Indonesia, berpotensi meningkatkan kandungan uap di atmosfer, sehingga memperbesar potensi pertumbuhan awan hujan.
“Kami mengingatkan bahwa fenomena ini berpotensi meningkatkan intensitas hujan dalam beberapa hari ke depan. Oleh karena itu, pemudik yang menggunakan transportasi darat, laut, dan udara perlu terus memperbarui informasi cuaca dari BMKG dan pihak terkait,” kata Andri.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memprediksi puncak mudik dan balik pada Idulfitri 1446 Hijriah atau Lebaran 2025. Hal ini berdasarkan perhitungan potensi pergerakan masyarakat dari kota menuju kampung halaman.
“Prediksi puncak arus mudik akan terjadi kemungkinan di antara tanggal 28 sampai 30 Maret dan puncak arus balik kemungkinan antara 5 dan 7 April 2025,” ujar Listyo dikutip dari laman Humas Polri, Jumat (21/03/2025).
Puncak mudik diprediksi terjadi usai sebagian masyarakat yang bekerja mendapatkan cuti bersama lebaran yang bersamaan dengan libur perayaan Nyepi 2025. Pergerakan masyarakat akan semakin tinggi pada akhir pekan sebelum perayaan idulfitri yang diperkirakan jatuh pada Senin, 31 Maret 2025 atau Selasa, 1 April 2025.
Sedangkan puncak balik diprediksi terjadi pada akhir pekan usai Lebaran 2025. Pada periode tersebut, masyarakat diperkirakan akan bergegas kembali ke wilayah kota karena anggota keluarga yang bekerja, dan sekolah akan kembali beraktivitas normal pada Selasa, 8 April 2025.
(azr/wdh)